Tafsir Surat Al-Qiyamah ayat 23 , Ila Rabbiha Nazirahun
Tafsir Al-mokhtasar
Melihat kepada Rabb mereka, menikmati pemandangan itu.
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Pada hari itu, wajah orang-orang Mukmin nampak berseri-seri melihat Tuhannya, tanpa ditentukan bagaimana cara melihat-Nya, dari arah mana dan dari jarak berapa
Tafsir al-Jalalain
( Kepada Rabbnyalah mereka melihat ) mereka akan melihat Allah swt.
di akhirat.
Tafseer Muntakhab - Indonesian
Pada hari itu, wajah orang-orang Mukmin nampak berseri-seri melihat Tuhannya, tanpa ditentukan bagaimana cara melihat-Nya, dari arah mana dan dari jarak berapa.
Tafsir Al-wajiz
22-23.
Setelah mengecam orang yang durhaka, ayat ini menjelaskan tentang keadaan manusia di akhirat sesuai dengan amalnya ketika di dunia.
Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu di akhirat berseri-seri karena rasa bahagia yang ada padanya ketika memandang Tuhannya.
Tafsir Al-tahlili
Ayat ini menerangkan sebagian hal ihwal manusia pada hari kebangkitan saat wajah-wajah orang beriman pada waktu itu berseri-seri.
Golongan yang gembira dan berwajah ceria inilah calon penghuni surga.
Merekalah yang berwajah cerah yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya.
Di mana pun mereka dapat melihat-Nya.
Artinya mereka langsung memandang kepada Allah tanpa dinding pembatas ( hijab ).
Demikian kesimpulan pendapat ulama ahli sunnah berdasarkan hadis-hadis sahih yang menerangkan lebih lanjut tentang makna melihat Tuhan yang disebutkan dalam ayat ini.
Dikatakan bahwa orang yang beriman yang beruntung melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri pada hari akhirat sebagaimana mereka melihat bulan purnama yang bersinar terang benderang yang tidak ada awan di bawahnya.
Hadis al-Bukhārī yang menyebutkan hal itu berbunyi:
اِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ عَيَانًا كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّوْنَ فِيْ رُؤْيَتِهِ فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ لَا تُغْلَبُوْا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا.
( رواه البخاري ومسلم عن جرير بن عبد الله )
Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu dengan mata kepalamu sendiri ( terang-terang ) sebagaimana kamu melihat bulan ( purnama ), kamu tidak berdesak-desakan dalam melihat-Nya.
Jika kamu mampu tidak meninggalkan salat sebelum terbit matahari dan terbenam matahari maka lakukanlah.
( Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Jarīr bin ‘Abdillāh )
Sekalipun ada keterangan yang jelas dari ayat 22 ini yang diperkuat dengan beberapa hadis di atas yang menegaskan bahwa manusia mukmin nanti melihat sendiri wajah Allah itu, namun sebagian dari ulama salaf mencoba mentakwilkan ( memalingkan ) pengertian ayat dan hadis-hadis tersebut.
Mujāhid ( seorang tabiin yang terkenal ) berpendapat bahwa arti melihat Allah di dalam surga adalah “ melihat pahala yang ada di sisi Allah ”.
Namun hal demikian dianggap tidak berdasarkan alasan yang kuat, sebab kata-kata “ naẓara ” ( melihat ) dalam bahasa Arab betul-betul berarti melihat dengan mata kepala sendiri bukan melihat dengan mata hati dan sebagainya.
Permasalahan tentang “ apakah manusia nanti melihat Allah pada hari Kiamat atau tidak? ” menjadi persoalan yang diperselisihkan ( khilafiah ) sejak dari dahulu.
Ulama ahli sunnah tetap berpendirian bahwa orang mukmin pasti melihat Allah berdasarkan ayat di atas, ditambah keterangan dari berbagai hadis sahih.
Sebaliknya ulama-ulama Mu‘tazilah menegaskan tidak mungkin sama sekali manusia melihat wajah dan zat Allah berdasarkan bunyi ayat ke 103 Surah al-An‘ām: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu.
Ayat ini, menurut Mu‘tazilah, terbatas pengertiannya pada melihat nikmat, keridaan, dan pahala yang disediakan Allah.
Persoalan akhirat adalah persoalan gaib, tidak dapat kita ukur dalam perbandingan dengan apa yang ada sekarang.
Jalan yang ringkas dan selamat serta tidak terlibat dalam pertikaian yang berlarut-larut itu adalah “ mengimani sepenuhnya apa yang diberikan ayat tanpa membahasnya lagi.
Bagaimana pengertian yang sesungguhnya, kita serahkan kepada Allah saja.
Masih banyak lapangan ijtihad ( pemikiran ) yang lain bila seseorang ingin mendalami maksud ayat-ayat suci Al-Qur’an. ”
Berikut ini kita kutip beberapa hadis tentang melihat Allah di akhirat:
قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ هَلْ تُضَارُّوْنَ فِيْ رُؤْيَةِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ لَيْسَ دُوْنَهُمَا سَحَابٌ قَالُوْا: لَا، قَالَ فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَذَلِكَ ( رواه البخاري و مسلم عن أبي هريرة )
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw, “ Wahai Rasulullah apakah kami dapat melihat Tuhan kami di hari Kiamat kelak? ” Beliau menjawab, “ Apakah sulit bagi kalian melihat matahari dan bulan yang tidak dihalangi oleh awan? ” Mereka menjawab, “ Tidak. ” Beliau bersabda lagi, “ Demikian pula kamu melihat Tuhanmu. ” ( Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Abū Hurairah )
عَنْ صُهَيْبٍ عَنِ النَبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِذَا دَخَلَ اَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يَقُوْلُ اللّٰهُ تَعَالَى: تُرِيْدُوْنَ شَيْئًا اَزِيْدُكُمْ، فَيَقُوْلُوْنَ: اَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوْهَنَا، اَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنْجِنَا مِنَ النَّاِر، قَالَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا اُعْطُوْا شَيْئًا اَحَبَّ اِلَيْهِمْ مِنَ النَّظْرِ ِالَى رَبِّهِمْ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ اْلآيَةَ: ﴿لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَادَةٌ﴾.
( رواه مسلم )
Diriwayatkan dari Ṣuhaib dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, “ Bila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah berfirman, ‘Apakah engkau ingin lagi sesuatu yang hendak Aku tambahkan?’ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau sudah cerahkan wajah kami, bukankah telah Engkau masukkan kami ke dalam surga.
Dan telah Engkau lepaskan kami dari api neraka?’ Nabi bersabda dan kemudian hijab pun tersingkap, maka tiadalah sesuatu pemberian yang lebih mereka senangi selain daripada melihat Tuhan mereka. ” Kemudian beliau membaca ayat ini ( Yūnus/10: 26 ): lillażīna aḥsanūul-ḥusnā wa ziyādah.
( Riwayat Muslim )
Kepada Tuhannyalah mereka melihat. - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku".
- Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
- Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu
- Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu", maka
- Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
- (Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita
- Katakanlah: "Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. Kelak kamu
- Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan
- Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Quran, lalu mereka berpegang dengan
- Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Monday, November 4, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب