Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 285 , Amana Ar-Rasulu Bima Unzila Ilayhi Min Rabbihi Wa
﴿آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ﴾
[ البقرة: 285]
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". [Baqarah: 285]
Amana Ar-Rasulu Bima Unzila Ilayhi Min Rabbihi Wa Al-Muuminuna Kullun Amana Billahi Wa Malaikatihi Wa Kutubihi Wa Rusulihi La Nufarriqu Bayna Ahadin Min Rusulihi Wa Qalu Samina Wa Atana Ghufranaka Rabbana Wa Ilayka Al-Masiru
Tafsir Al-mokhtasar
Rasulullah Muhammad -ṣallallāhu ’alaihi wa sallam- beriman kepada semua yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya.
Begitu juga dengan orang-orang mukmin.
Mereka semua beriman kepada Allah, beriman kepada semua malaikat-Nya, semua kitab suci yang diturunkana kepada para Nabi, dan semua Rasul yang diutus-Nya.
Mereka beriman kepada para Rasul itu seraya mengatakan, “Kami tidak membeda-bedakan antara Rasul yang satu dengan Rasul yang lain.” Dan mereka mengatakan, “Kami siap mendengarkan apa yang Engkau perintahkan kepada kami dan apa yang Engkau larang untuk kami.
Kami taat kepada-Mu dengan melaksanakan apa yang Engkau perintahkan dan menjauhi apa yang Engkau larang.
Dan kami memohon kepada-Mu, ya Rabb kami, agar Engkau berkenan mengampuni kami, karena sesungguhnya hanyalah Engkau satu-satunya tempat kami kembali dalam segala urusan.”
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Sesungguhnya apa yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad, itu adalah kebenaran dari Allah.
Ia telah mengimaninya.
Begitu juga orang-orang Mukmin yang bersamanya.
Mereka semuanya beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan Rasul-rasul-Nya.
Mereka menyamakan penghormatan dan keimanan kepada rasul-rasul Allah dengan mengatakan, "Kami tidak membeda-bedakan rasul-rasul-Nya, satu dengan yang lainnya." Dan mereka menegaskan keimanan hati dengan ungkapan lisan seraya menengadah kepada Allah, "Ya Tuhan, kami dengar pesan-pesan-Mu dan kami ikuti, maka berikanlah kami ampunan, ya Allah.
Hanya kepada-Mulah tempat kembali
Tafsir al-Jalalain
( Telah beriman ), artinya membenarkan ( Rasul ), yakni Muhammad ( terhadap apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya ), yakni Alquran, demikian pula ( orang-orang yang beriman ), ma`thuf atau dihubungkan kepada Rasul ( semuanya ), tanwinnya menjadi pengganti bagi mudhaf ilaih ( beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya dan Kitab-Kitab-Nya ) ada yang membaca secara jamak dan ada pula secara mufrad atau tunggal ( serta para Rasul-Nya ) kata mereka, ( "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun di antara Rasul-Rasul-Nya" ) hingga kami beriman kepada sebagian dan kafir kepada lainnya, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Kristen ( Dan mereka mengatakan, "Kami dengar" ), maksudnya apa yang diperintahkan kepada kami itu, disertai dengan penerimaan ( dan kami taati ) serta kami bermohon, ( "Ampunilah kami, wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah kami kembali" ), yakni dengan adanya saat berbangkit.
Tatkala turun ayat yang sebelumnya, orang-orang mukmin mengadukan waswas dan kekhawatiran mereka serta terasa berat bagi mereka saat perhitungan, maka turun pula ayat:
Tafseer Muntakhab - Indonesian
Sesungguhnya apa yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad, itu adalah kebenaran dari Allah.
Ia telah mengimaninya.
Begitu juga orang-orang Mukmin yang bersamanya.
Mereka semuanya beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan Rasul-rasul-Nya.
Mereka menyamakan penghormatan dan keimanan kepada rasul-rasul Allah dengan mengatakan, "Kami tidak membeda-bedakan rasul-rasul-Nya, satu dengan yang lainnya." Dan mereka menegaskan keimanan hati dengan ungkapan lisan seraya menengadah kepada Allah, "Ya Tuhan, kami dengar pesan-pesan-Mu dan kami ikuti, maka berikanlah kami ampunan, ya Allah.
Hanya kepada-Mulah tempat kembali."
Tafsir Al-wajiz
Seorang muslim harus menaati firman Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.
Sikap beliau dan para pengikutnya yang beriman menyangkut kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab terdahulu serta para nabi dan rasul adalah bahwa Rasul, yakni Nabi Muhammad, beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya, yakni Al-Qur’an, dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman meski dengan kualitas keimanan yang berbeda dengan Nabi.
Semua, yakni Nabi Muhammad dan orang mukmin, beriman kepada Allah bahwa Dia wujud dan Maha Esa, Mahakuasa, tiada sekutu bagi-Nya, dan Mahasuci dari segala kekurangan.
Mereka juga percaya kepada malaikat-malaikat-Nya sebagai hamba-hamba Allah yang taat melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepada mereka dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Demikian juga dengan kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para rasul, seperti Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, dan juga percaya kepada rasul-rasul-Nya sebagai hamba-hamba Allah yang diutus membimbing manusia ke jalan yang lurus dan diridai-Nya.
Mereka berkata, “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya dalam hal kepercayaan terhadap mereka sebagai utusan Allah.” Dan mereka berkata, “Kami dengar apa yang Engkau perintahkan, baik yang melalui wahyu dalam Al-Qur’an maupun melalui ucapan NabiMu, dan kami taat melaksanakan perintah-perintah-Mu dan menjauhi larangan-larangan-Mu.” Dengan rendah hati mereka juga berucap, “Ampunilah kami, Ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu, tidak kepada selain-Mu, tempat kami kembali.”
Tafsir Al-tahlili
Diriwayatkan oleh Aḥmad dan Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata, “ Tatkala Allah menurunkan ayat 284 kepada Rasulullah saw, maka sahabat merasa bebannya bertambah berat, lalu mereka datang menghadap Rasulullah saw dan berkata, “Kami telah dibebani dengan pekerjaan-pekerjaan yang sanggup kami kerjakan, yaitu salat, puasa, jihad, sedekah, dan kini telah turun pula ayat ini, yang kami tidak sanggup melaksanakannya ”.
Maka Rasulullah saw bersabda, “ Apakah kamu hendak mengatakan seperti perkataan Ahli Kitab sebelum kamu, mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami durhaka ”.
Katakanlah, “ Kami dengar dan kami taat, kami memohon ampunan-Mu Ya, Tuhan kami, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.
Tatkala Rasulullah membacakan ayat ini kepada mereka, lidah mereka mengikutinya.
Lalu turun ayat berikutnya, ayat 285 al-Baqarah.
Abu Hurairah berkata, “Tatkala para sahabat telah mengerjakan yang demikian Allah menghilangkan kekhawatiran mereka terhadap ayat itu dan Dia menurunkan ayat berikutnya:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
( al-Baqarah/2: 286 )
Hadis di atas melukiskan kekhawatiran para sahabat yang sangat takut kepada azab Allah.
Para sahabat dahulunya adalah orang-orang yang hidup, dididik dan dibesarkan di dalam lingkungan kehidupan Arab jahiliah.
Pikiran, hati, kepercayaan dan adat istiadat jahiliah telah sangat berpengaruh di dalam diri mereka.
Bahkan di antara mereka ada pemuka dan pemimpin orang-orang Arab jahiliah.
Setelah Nabi Muhammad saw diutus, mereka mengikuti seruan Nabi dan masuk agama Islam dengan sepenuh hati.
Walaupun demikian bekas-bekas pengaruh kepercayaan dan kebudayaan Arab jahiliah masih ada di dalam jiwa mereka.
Kepercayaan dan kebudayaan tersebut hilang dan hapus secara berangsur-angsur, setiap turun ayat-ayat Al-Qur’an dan setiap menjelaskan risalah yang dibawanya kepada mereka.
Mereka sendiri selalu berusaha agar bekas dari pengaruh yang tidak baik itu segera hilang dari diri mereka.
Tatkala turun ayat ini mereka merasa khawatir, kalau Allah swt tidak mengampuni dosa-dosa mereka, sebagai akibat dari bekas-bekas kepercayaan dan kebudayaan Arab jahiliah yang masih ada pada hati dan jiwa mereka, walaupun mereka telah berusaha sekuat tenaga menghilangkannya.
Karena kecemasan dan kekhawatiran itulah mereka segera bertanya kepada Rasulullah saw.
Rasa kekhawatiran akan diazab Allah swt tergambar pada pertanyaan ‘Umar bin al-Khaṭṭāb kepada Huzaifah.
Beliau pernah bertanya kepada Huzaifah, “Adakah engkau ( Huzaifah ) dapati pada diriku salah satu dari tanda-tanda munafik? ” Maka untuk menghilangkan kekhawatiran itu dan menenteramkan hati mereka, turunlah ayat seperti yang dikutip di atas ( al-Baqarah/2:286 ).
Dengan turunnya ayat ini, hati para sahabat merasa tenang dan tenteram, karena mereka telah yakin bahwa segala larangan dan perintah Allah itu sesuai dengan batas kemampuan manusia.
Tidak ada perintah dan larangan yang tidak sanggup dilakukan manusia atau dihentikannya.
Hanya orang yang ingkar kepada Allah sajalah yang merasa berat menghentikan larangan-Nya.
Mereka telah yakin pula bahwa pekerjaan buruk yang terlintas di dalam pikiran mereka dan mereka benci kepada pekerjaan itu, telah mereka usahakan untuk menghilangkannya, karena itu mereka tidak akan dihukum.
Allah berfirman:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ ٢٢٥ ( البقرة )
Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu.
Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.
( al-Baqarah/2: 225 )
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia menghisab ( memperhitungkan ) apa yang ada di dalam hati manusia, baik yang disembunyikan atau yang dinyatakan, dan dengan perhitungan-Nya itu, Dia membalas perbuatan manusia dengan adil, karena perhitungan dan pembalasan itu dilandasi dengan sifat Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya.
Kemudian Allah menegaskan bahwa dengan karunia-Nya Dia mengampuni hamba-Nya dan mengazabnya dengan adil serta memberi pahala yang berlipat ganda kepada orang yang mengerjakan amal saleh.
Akhirnya Allah menyatakan bahwa “ Dia Mahakuasa atas segala sesuatu ”.
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, maka mintalah pertolongan kepada-Nya, agar dapat melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, mohonlah taufik dan hidayah-Nya.
Awal surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir, dan ada yang munafik.
Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji, pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya.
Ayat ini merupakan ayat penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw, dan para pengikutnya terhadap Al-Qur’an itu.
Mereka mempercayainya menjadikannya sebagai pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Ayat ini juga menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad, dan orang-orang yang beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang benar.
Dengan ayat ini Allah swt menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman, benar-benar telah mempercayai Al-Qur’an, mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka meyakini kebenaran Al-Qur’an itu.
Pernyataan Allah ini terlihat pada diri Rasulullah saw dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan hati mereka menerima cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah Arab.
Sikap dan watak yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran Al-Qur’an, dan ketaatan melaksanakan hukum Allah.
Inilah yang dimaksud dengan jawaban ’Aisyah r.a.
ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw, beliau menjawab:
أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟ قُلْتُ بَلٰى، قَالَتْ: فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللهِ كَانَ الْقُرْآنَ ( رواه مسلم )
“ Bukankah engkau selalu membaca Al-Qur’an? Jawabnya, “Ya ”.
’Aisyah berkata, “ Maka sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Al-Qur’an. ” ( Riwayat Muslim )
Seandainya Nabi Muhammad saw tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya, dan tidak berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah dia dan pengikutnya tidak akan berwatak demikian.
Dia akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Al-Qur’an, terutama dalam menghadapi reaksi orang Yahudi dan Nasrani.
Apalagi mengingat orang Yahudi dan Nasrani adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu, karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap ajaran agama yang akan beliau kemukakan kepada mereka.
Orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orang-orang yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah orang yang dapat dipercaya, bukan seorang pendusta.
Setiap orang yang beriman yakin adanya Allah Yang Maha Esa.
Hanya Dia yang menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun.
Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada para nabi-Nya, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah.
Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah yang Mahatahu.
Percaya kepada malaikat merupakan bukti percaya kepada Allah.
Dinyatakan pula pendirian kaum Muslimin terhadap para rasul, tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama dalam mengimaninya.
Allah swt berfirman:
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ ١٣٦ ( البقرة )
Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka.
Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” ( al-Baqarah/2: 136 )
Di ayat lain diterangkan bahwa masing-masing rasul itu mempunyai keutamaan dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain.
Suatu keutamaan yang dipunyai seorang rasul mungkin tidak dipunyai oleh rasul yang lain, dan rasul yang lain itu mempunyai keutamaan pula.
۞ تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain......
( al-Baqarah/2: 253 )
Ayat ini mengisyaratkan keutamaan umat Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan rasul-rasul Allah.
Ada yang mereka percayai dan ada yang tidak mereka percayai.
Bahkan sebagian dari para rasul itu semasa hidupnya ada yang mereka perolok-olokkan.
Sementara umat Islam tidak memperlakukan mereka seperti itu.
Allah menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang Islam.
Yaitu apabila mereka mendengar suatu perintah atau larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian, melaksanakan perintah itu, dan menjauhi larangan-Nya.
Mereka merasakan kebesaran dan kekuasaan Allah, dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah dan ditaati.
Oleh karena orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu memanjatkan doa kepada Allah, yaitu: “ Ampunilah kami wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah kami kembali ”.
Sesungguhnya doa orang yang beriman bukanlah sekadar untuk meminta ampun kepada Allah swt atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat Allah agar selalu diberi taufik dan hidayah, agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Dari doa ini dapat dipahami bahwa orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya setelah mereka mendengar, memahami perintah dan larangan itu.
Mereka sadar bahwa mereka seorang manusia yang tidak sempurna, tidak luput dari kekurangan.
Sekalipun hati dan jiwa mereka telah berjanji akan menaati perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan memahaminya, tetapi tanpa mereka sadari mereka sering lupa dan lalai, sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan itu.
Sekalipun mereka telah mengetahui bahwa Allah tidak akan menghukum manusia karena lupa dan lalai, tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya wajib memohon ampun dan bertobat kepada Allah, agar Allah tidak menghukumnya karena perbuatan yang demikian itu.
Pengaruh iman yang demikian tampak pada tingkah laku, sifat, tindakan dan perbuatan mereka.
Semuanya itu dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah.
Hal ini dipahami dari pernyataan mereka, “ Hanya kepada Engkaulah kami kembali ”.
Pernyataan ini mengungkapkan hakikat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman hidup dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
آمن الرسول بما أنـزل إليه من ربه والمؤمنون كل آمن بالله وملائكته وكتبه ورسله لا نفرق بين أحد من رسله وقالوا سمعنا وأطعنا غفرانك ربنا وإليك المصير
سورة: البقرة - آية: ( 285 ) - جزء: ( 3 ) - صفحة: ( 49 )transliterasi Indonesia
āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami'nā wa aṭa'nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring
- tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).
- dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
- Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu
- padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
- supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap
- supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab)
- Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang
- Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan: "Sesungguhnya
- dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Wednesday, December 18, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب