Tafsir Surat Ar-Rum ayat 30 , Faaqim Wajhaka Lilddini Hanifaan Fitrata Allahi Allati Fatara
﴿فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾
[ الروم: 30]
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, [Rum: 30]
Faaqim Wajhaka Lilddini Hanifaan Fitrata Allahi Allati Fatara An-Nasa Alayha La Tabdila Likhalqi Allahi Dhalika Ad-Dinu Al-Qayyimu Wa Lakinna Akthara An-Nasi La Yalamuna
Tafsir Al-mokhtasar
Maka tegakkanlah -wahai Rasul- wajahmu dan orang-orang yang bersamamu, dan hadapkanlah kepada agama yang telah dihadapkan oleh Allah kepadamu -dengan meninggalkan seluruh agama lainnya- yaitu agama Islam yang mana Allah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
Itulah agama lurus yang tidak bengkok, akan tetapi kebanyakan manusia tidak tahu bahwa agama yang benar adalah agama ini.
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Dari itu, luruskanlah wajahmu dan menghadaplah kepada agama, jauh dari kesesatan mereka.
Tetaplah pada fitrah yang Allah telah ciptakan manusia atas fitrah itu.
Yaitu fitrah bahwa mereka dapat menerima tauhid dan tidak mengingkarinya.
Fitrah itu tidak akan berubah.
Fitrah untuk menerima ajaran tauhid itu adalah agama yang lurus.
Tetapi orang-orang musyrik tidak mengetahui hakikat hal itu
Tafsir al-Jalalain
( Maka hadapkanlah ) hai Muhammad ( wajahmu dengan lurus kepada agama Allah ) maksudnya cenderungkanlah dirimu kepada agama Allah, yaitu dengan cara mengikhlaskan dirimu dan orang-orang yang mengikutimu di dalam menjalankan agama-Nya ( fitrah Allah ) ciptaan-Nya ( yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu ) yakni agama-Nya.
Makna yang dimaksud ialah, tetaplah atas fitrah atau agama Allah.
( Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ) pada agama-Nya.
Maksudnya janganlah kalian menggantinya, misalnya menyekutukan-Nya.
( Itulah agama yang lurus ) agama tauhid itulah agama yang lurus ( tetapi kebanyakan manusia ) yakni orang-orang kafir Mekah ( tidak mengetahui ) ketauhidan atau keesaan Allah.
Tafseer Muntakhab - Indonesian
Dari itu, luruskanlah wajahmu dan menghadaplah kepada agama, jauh dari kesesatan mereka.
Tetaplah pada fitrah yang Allah telah ciptakan manusia atas fitrah itu.
Yaitu fitrah bahwa mereka dapat menerima tauhid dan tidak mengingkarinya.
Fitrah itu tidak akan berubah.
Fitrah untuk menerima ajaran tauhid itu adalah agama yang lurus.
Tetapi orang-orang musyrik tidak mengetahui hakikat hal itu.
Tafsir Al-wajiz
Setelah memaparkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah serta meminta Rasul dan umatnya bersabar dalam berdakwah, melalui ayat berikut Allah meminta mereka agar selalu mengikuti agama Islam, agama yang sesuai fitrah.
Maka hadapkanlah wajahmu, yakni jiwa dan ragamu, dengan lurus kepada agama Islam.
Itulah fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan bekal fitrah berupa kecenderungan mengikuti agama yang lurus, agama tauhid.
Inilah asal penciptaan manusia dan tidak boleh ada seorang pun yang melakukan perubahan pada ciptaan Allah tersebut.
Itulah agama yang lurus, agama tauhid, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dan menyadari bahwa mengikuti agama Islam merupakan fitrahnya.
Tafsir Al-tahlili
Ayat ini menyuruh Nabi Muhammad meneruskan tugasnya dalam menyampaikan dakwah, dengan membiarkan kaum musyrik yang keras kepala itu dalam kesesatannya.
Dalam kalimat “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ( Islam ); ( sesuai ) fitrah Allah ”, terdapat perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengikuti agama yang lurus yaitu agama Islam, dan mengikuti fitrah Allah.
Ada yang berpendapat bahwa kalimat itu berarti bahwa Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mengikuti agama Allah yang telah dijadikan-Nya bagi manusia.
Di sini “ fitrah ” diartikan “ agama ” karena manusia dijadikan untuk melaksanakan agama itu.
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam surah yang lain:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦ ( الذّٰريٰت )
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
( aż-Żāriyāt/51: 56 )
Menghadapkan wajah ( muka ) artinya meluruskan tujuan dengan segala kesungguhan tanpa menoleh kepada yang lain.
“ Wajah ” atau “ muka ” dikhususkan penyebutan di sini karena merupakan tempat berkumpulnya semua panca indera, dan bagian tubuh yang paling terhormat.
Sehubungan dengan kata fitrah yang tersebut dalam ayat ini ada sebuah hadis sahih dari Abū Hurairah yang berbunyi:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍ اِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا يُنْتَجُ الْبَهِيْمَةُ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ.
ثُمَّ يَقُوْلُ اَبُوْهُرَيْرَةَ: وَاقْرَءُوْا اِنْ شِئْتُمْ: فِطْرَتَ اللهِ الَّتِىْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَاتَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ.
وَفِى رِوَايَةٍ: حَتَّى تَكُوْنُوْا اَنْتُمْ تَجْدَعُوْنَهَا.
قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ اَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوْتُ صَغِيْرًا؟ قَالَ: اَلله ُاَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا عَامِلِيْنَ.
( رواه البخاري ومسلم )
Tidak ada seorang anak pun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah.
Kedua ibu bapaknyalah yang akan meyahudikan, menasranikan, atau memajusikannya, sebagaimana binatang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna.
Adakah kamu merasa kekurangan padanya.
Kemudian Abū Hurairah berkata, “ Bacalah ayat ini yang artinya: ...
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut ( fitrah ) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. ” Dalam riwayat lain, “ Sehingga kamu merusaknya ( binatang itu ). ” Para sahabat bertanya, “ Hai Rasulullah, apakah engkau tahu keadaan orang yang meninggal di waktu kecil? ” Rasul menjawab, “ Allah lebih tahu dengan apa yang mereka perbuat. ” ( Riwayat al-Bukhārī dan Muslim )
Para ulama berbeda pendapat mengenai arti fitrah.
Ada yang berpendapat bahwa fiṭrah itu artinya “ Islam ”.
Hal ini dikatakan oleh Abū Hurairah, Ibnu Syihāb, dan lain-lain.
Mereka mengatakan bahwa pendapat itu terkenal di kalangan utama salaf yang berpegang kepada takwil.
Alasan mereka adalah ayat ( 30 ) dan hadis Abū Hurairah di atas.
Mereka juga berhujah dengan hadis bahwa Rasulullah saw bersabda kepada manusia pada suatu hari:
اَلَا اُحَدِّثُكُمْ بِمَا حَدَّثَنِيَ اللّٰهُ فِى كِتَابِهِ: اِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ آدَمَ وَبَنِيْهِ حُنَفَاءَ مُسْلِمِيْنَ وَاَعْطَاهُمُ الْمَالَ حَلَالًا لَاَحَرَامَ فِيْهِ فَجَعَلُوْا مِمَّا اَعْطَاهُمُ اللّٰهُ حَلَاَلًا وَحَرَامًا.
( رواه احمد عن حماد )
Apakah kamu suka aku menceritakan kepadamu apa yang telah diceritakan Allah kepadaku dalam Kitab Nya.
Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dan anak cucunya cenderung kepada kebenaran dan patuh kepada Allah.
Allah memberi mereka harta yang halal tidak yang haram.
Lalu mereka menjadikan harta yang diberikan kepada mereka itu menjadi halal dan haram....” ( Riwayat Aḥmad dari Ḥammād )
Pendapat tersebut di atas dianut oleh kebanyakan ahli tafsir.
Adapun maksud sabda Nabi saw tatkala beliau ditanya tentang keadaan anak-anak kaum musyrik, beliau menjawab, “ Allah lebih tahu dengan apa yang mereka ketahui, ” yaitu apabila mereka berakal.
Takwil ini dikuatkan oleh hadis al-Bukhārī dari Samurah bin Jundub dari Nabi saw.
Sebagian dari hadis yang panjang itu berbunyi sebagai berikut:
وَاَمَّا الرَّجُلُ الطَّوِيْلُ الَّذِيْ فِيْ رَوْضَةٍ فَاِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَاَمُ وَاَمَّاالْوِلْدَانُ فَكُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، قَالَ: فَقِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ، وَاَوْلَاَدُ الْمُشْرِكِيْنَ.
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَاَوْلَاَدُ الْمُشْرِكِيْنَ.
( رواه البخاري عن سمرة بن جندب )
Adapun orang yang tinggi itu yang ada di surga adalah Ibrahim as.
Adapun anak-anak yang ada di sekitarnya semuanya adalah anak yang dilahirkan menurut fitrah.
Samurah berkata, “ Maka Rasulullah ditanya, ‘Ya Rasulullah, tentang anak-anak musyrik?’ Rasulullah menjawab, ‘Dan anak-anak musyrik’. ” ( Riwayat al-Bukhārī dari Samurah bin Jundub )
Sebagian ulama lain mengartikan “ fiṭrah ” dengan “ kejadian ” yang dengannya Allah menjadikan anak mengetahui Tuhannya.
Seakan-akan dikatakan, “ Tiap-tiap anak dilahirkan atas kejadiannya. ” Dengan kejadian itu, sang anak akan mengetahui Tuhannya apabila dia telah berakal dan berpengetahuan.
Kejadian di sini berbeda dengan kejadian binatang yang tak sampai kepada pengetahuan tentang Tuhannya.
Mereka berhujjah bahwa “ fiṭrah ” itu berarti “ kejadian ” dan “ fāṭir ” berarti “ yang menjadikan ” dengan firman Allah:
قُلِ اللّٰهُمَّ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
Katakanlah, “ Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. ” ( az-Zumar/39: 46 )
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah ( Allah ) yang telah menciptakanku.
( Yāsīn/36: 22 )
قَالَ بَلْ رَّبُّكُمْ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ الَّذِيْ فَطَرَهُنَّۖ
Dia ( Ibrahim ) menjawab, “ Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan ( pemilik ) langit dan bumi; ( Dialah ) yang telah menciptakannya. ” ( al-Anbiyā’/21: 56 )
Kemudian kalimat dalam ayat ( 30 ) ini dilanjutkan dengan ungkapan bahwa pada fitrah Allah itu tidak ada perubahan.
Allah tidak akan mengubah fitrah-Nya.
Tidak ada sesuatu pun yang menyalahi aturan itu maksudnya ialah tidak akan sengsara orang yang dijadikan Allah berbahagia, dan sebaliknya tidak akan berbahagia orang-orang yang dijadikan-Nya sengsara.
Menurut Mujāhid, artinya ialah tidak ada perubahan bagi agama Allah.
Pendapat ini didukung oleh Qatādah, Ibnu Jubair, aḍ-Ḍahhak, Ibnu Zaid, dan an-Nakhā’i.
Mereka berpendapat bahwa ungkapan tersebut di atas berkenaan dengan keyakinan.
‘Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās bahwa Umar bin Khaṭṭāb berkata, “ Tidak ada perubahan bagi makhluk Allah dari binatang yang dimandulkan. ” Perkataan ini maksudnya ialah larangan memandulkan binatang.
Ungkapan “ itulah agama yang lurus ”, menurut Ibnu ‘Abbās, bermakna “ itulah keputusan yang lurus ”.
Muqātil mengatakan bahwa itulah perhitungan yang nyata.
Ada yang mengatakan bahwa agama yang lurus itu ialah agama Islam, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Mereka tidak mau memikirkan bahwa agama Islam itu adalah agama yang benar.
Oleh karena itu, mereka tidak mau menghambakan diri kepada Pencipta mereka, dan Tuhan yang lebih terdahulu ( qadīm ) memutuskan sesuatu dan melaksanakan keputusan-Nya.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
سورة: الروم - آية: ( 30 ) - جزء: ( 21 ) - صفحة: ( 407 )transliterasi Indonesia
fa aqim waj-haka lid-dīni ḥanīfā, fiṭratallāhillatī faṭaran-nāsa 'alaihā, lā tabdīla likhalqillāh, żālikad-dīnul qayyimu wa lākinna akṡaran-nāsi lā ya'lamụn
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Dan kalau Al Quran itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab,
- Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah,
- dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- (Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di
- Tetapi mereka mengingkarinya (Al Quran); maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu).
- Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke
- Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di
- Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih
- dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka.
- Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Wednesday, December 18, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب