Tafsir Surat An-Naml ayat 88 , Wa Tara Al-Jibala Tahsabuha Jamidatan Wa Hiya Tamurru
﴿وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ﴾
[ النمل: 88]
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Naml: 88]
Wa Tara Al-Jibala Tahsabuha Jamidatan Wa Hiya Tamurru Marra As-Sahabi Suna Allahi Al-Ladhi Atqana Kulla Shayin Innahu Khabirun Bima Tafaluna
Tafsir Al-mokhtasar
Dan engkau lihat gunung-gunung pada hari itu, engkau mengiranya diam tidak bergerak, padahal sesungguhnya gunung-gunung itu berjalan kencang sebagaimana jalannya awan.
Itulah ciptaan Allah, dan Dia lah yang telah menggerakkannya, sesungguhnya Dia Maha Mengerti atas apa yang kalian kerjakan, tidak ada sesuatu pun dari perbuatan kalian yang tersembunyi dari-Nya, dan Dia akan membalas kalian.
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Wahai Muhammad, kamu pasti menyangka bahwa gunung-gunung itu diam tak bergerak.
Padahal sebenarnya tidak demikian.
Gunung-gunung itu bergerak cepat bagai awan.
Itulah sebagian dari ciptaan Allah, Pencipta segala sesuatu dengan sempurna.
Allah Swt.
mengetahui secara terperinci apa yang diperbuat oleh manusia berupa ketaatan dan kemaksiatan.
Dan Allah akan memberikan balasan pada amal perbuatan itu( 1 ).
( 1 ) Ayat ini memberikan penjelasan bahwa segala benda yang tunduk pada hukum gravitasi bumi, termasuk lautan, daratan, gunung- gunung, atmosfer dan benda-benda lainnya, berotasi bersama-sama bumi dan berputar pula mengelilingi matahari.
Proses pergerakan itu akan mengakibatkan separo belahan bumi akan mengalami kegelapan selama enam bulan, sedang paroan lain akan mengalami siang yang terang benderang selama masa yang sama.
Tetapi kita, sebagai penduduk bumi, tidak merasakan gerak perputaran itu.
Persis saat kita menyaksikan gerak awan di udara yang tidak menimbulkan bunyi.
Dan Allah Maha Kuasa untuk menjadikan bumi berhenti, tidak berotasi pada porosnya atau menjadikan masa rotasinya sama dengan masa yang dipergunakan bumi mengelilingi matahari ( evolusi ).
Dengan begitu separo permukaan bumi akan mengalami malam yang gelap gulita dan separo yang lain mengalami siang terang benderang sepanjang tahun.
Hal itu tentu dapat berakibat hilangnya keseimbangan temperatur bumi secara keseluruhan.
Pada gilirannya, hal terakhir ini akan mengakibatkan musnahnya semua makhluk yang ada di bumi.
Allah Swt.
membuat semua aturan dengan sangat teliti itu, sebagai wujud kasih sayang kepada hamba-Nya.
Meskipun Aristarkhos ( 310-230 S.
M ), seorang ahli falak Yunani telah menulis tentang rotasi bumi, tulisannya itu belum sampai kepada kalangan Arab pada masa Muhammad saw.
atau sebelumnya.
Orang pertama di kalangan Arab yang menyinggung masalah ini adalah Al-Bîrûnî sekitar tahun 1000 M., mengiring gerakan terjemah yang terjadi pada masa dinasti Abbasiah.
Penyampaian fakta ilmiah ini melalui Muhammad saw.
sebelum ia sendiri tahu tentang hal itu, adalah bukti bahwa al-Qur’ân benar-benar wahyu yang difirmankan oleh Allah Swt
Tafsir al-Jalalain
( Dan kamu lihat gunung-gunung itu ) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil ( kamu sangka dia ) ( tetap ) diam di tempatnya karena besarnya ( padahal ia berjalan sebagai jalannya awan ) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang beterbangan.
( Begitulah perbuatan Allah ) lafal Shun’a merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-kan kepada Fa’il-nya Sesudah ’Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana’allahu Dzalika Shun’an.
Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun’a yang kemudian dimudhaf-kan kepada Fa’il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun’allahi; artinya begitulah perbuatan Allah ( yang membuat dengan kokoh ) rapih dan kokoh ( tiap-tiap sesuatu ) yang dibuat-Nya ( sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan ) lafal Taf’aluna dapat dibaca Yaf’aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.
Tafseer Muntakhab - Indonesian
Wahai Muhammad, kamu pasti menyangka bahwa gunung-gunung itu diam tak bergerak.
Padahal sebenarnya tidak demikian.
Gunung-gunung itu bergerak cepat bagai awan.
Itulah sebagian dari ciptaan Allah, Pencipta segala sesuatu dengan sempurna.
Allah Swt.
mengetahui secara terperinci apa yang diperbuat oleh manusia berupa ketaatan dan kemaksiatan.
Dan Allah akan memberikan balasan pada amal perbuatan itu( 1 ).
( 1 ) Ayat ini memberikan penjelasan bahwa segala benda yang tunduk pada hukum gravitasi bumi, termasuk lautan, daratan, gunung- gunung, atmosfer dan benda-benda lainnya, berotasi bersama-sama bumi dan berputar pula mengelilingi matahari.
Proses pergerakan itu akan mengakibatkan separo belahan bumi akan mengalami kegelapan selama enam bulan, sedang paroan lain akan mengalami siang yang terang benderang selama masa yang sama.
Tetapi kita, sebagai penduduk bumi, tidak merasakan gerak perputaran itu.
Persis saat kita menyaksikan gerak awan di udara yang tidak menimbulkan bunyi.
Dan Allah Maha Kuasa untuk menjadikan bumi berhenti, tidak berotasi pada porosnya atau menjadikan masa rotasinya sama dengan masa yang dipergunakan bumi mengelilingi matahari ( evolusi ).
Dengan begitu separo permukaan bumi akan mengalami malam yang gelap gulita dan separo yang lain mengalami siang terang benderang sepanjang tahun.
Hal itu tentu dapat berakibat hilangnya keseimbangan temperatur bumi secara keseluruhan.
Pada gilirannya, hal terakhir ini akan mengakibatkan musnahnya semua makhluk yang ada di bumi.
Allah Swt.
membuat semua aturan dengan sangat teliti itu, sebagai wujud kasih sayang kepada hamba-Nya.
Meskipun Aristarkhos ( 310-230 S.
M ), seorang ahli falak Yunani telah menulis tentang rotasi bumi, tulisannya itu belum sampai kepada kalangan Arab pada masa Muhammad saw.
atau sebelumnya.
Orang pertama di kalangan Arab yang menyinggung masalah ini adalah Al-Bîrûnî sekitar tahun 1000 M., mengiring gerakan terjemah yang terjadi pada masa dinasti Abbasiah.
Penyampaian fakta ilmiah ini melalui Muhammad saw.
sebelum ia sendiri tahu tentang hal itu, adalah bukti bahwa al-Qur'ân benar-benar wahyu yang difirmankan oleh Allah Swt.
Tafsir Al-wajiz
Dan bukan hanya manusia yang datang dalam keadaan tunduk dan hina, engkau juga akan melihat gunung-gunung pada hari kebangkitan, yang engkau kira tetap di tempatnya dan tidak bergerak, padahal sesungguhnya ia berjalan dan bergerak cepat seperti awan yang berjalan dengan bantuan angin.
Itulah sebagian dari ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu.
Sungguh, Dia Mahateliti dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan, dan akan memberikan balasan atas itu semua.
Tafsir Al-tahlili
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa gunung-gunung yang sekarang kelihatannya kokoh berdiri di tempatnya, nanti pada hari Kiamat akan dicabut dari bumi kemudian diterbangkan bagaikan bulu di udara dan berjalannya awan.
Firman Allah:
وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِۙ ٩
Dan gunung-gunung bagaikan bulu ( yang beterbangan ).
( al-Ma’ārij/70: 9 )
Ada dua pendapat ulama tafsir mengenai pernyataan ayat ini bahwa gunung-gunung akan diterbangkan di udara seperti jalannya awan, atau dalam ayat lain seperti bulu ditiup oleh angin.
Pendapat pertama, yang merupakan pendapat sebagian besar mufasir, mengemukakan bahwa ayat ini berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat, seperti dalam firman Allah:
يَّوْمَ تَمُوْرُ السَّمَاۤءُ مَوْرًاۙ ٩ وَّتَسِيْرُ الْجِبَالُ سَيْرًاۗ ١٠
Pada hari ( ketika ) langit berguncang sekeras-kerasnya, dan gunung berjalan ( berpindah-pindah ).
( aṭ-Ṭūr/52: 9-10 )
Dan firman-Nya:
وَّسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًاۗ ٢٠
Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.
( an-Naba’/78: 20 )
Dalam firman-Nya yang lain:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ٤٨
( Yaitu ) pada hari ( ketika ) bumi di ganti dengan bumi yang lain dan ( demikian pula ) langit, dan mereka ( manusia ) berkumpul ( di Padang Mahsyar ) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa.
( Ibrāhim/14: 48 )
Kejadian-kejadian yang amat dahsyat ini terjadi pada hari Kiamat setelah tiupan sangkakala yang kedua kalinya, dimana semua manusia dibangkitkan dari kuburnya dan mereka menyaksikan segala macam peristiwa yang sangat dahsyat itu dengan sikap yang berbeda-beda.
Pendapat yang kedua mengenai tafsir ayat 88 ini, yakni pendapat ulama ahli falak, menyatakan bahwa ayat ini bukan berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat, tetapi dengan fenomena alam di dunia.
Ayat ini mengatakan, “ Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan ( seperti ) awan berjalan. ” Ia dijadikan dalil bahwa bumi berputar seperti planet-planet lain pada garis edar yang telah ditentukan, hanya saja manusia sebagai penghuni bumi tidak merasakannya.
Alasan ulama falak, bahwa ayat 88 ini berhubungan dengan peristiwa sekarang dan bukan dengan peristiwa hari Kiamat, adalah:
1.
Ayat ini tidak dapat dimasukkan dalam kategori ancaman atau menakut-nakuti dengan kedahsyatan hari Kiamat karena di belakangnya di sambung dengan kata-kata: ( Itulah ) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu.
Oleh karena itu, ayat ini lebih tepat bila dihubungkan dengan masa sekarang, di mana manusia sebagai penghuni bumi menyangka bahwa bumi ini diam, demikian pula gunung-gunung yang berada di atas permukaannya.
Padahal, bumi bersama gunung-gunung itu berjalan atau beredar sebagai jalannya awan.
2.
Gunung-gunung itu diterbangkan untuk dihancurkan pada hari Kiamat, dan terjadi bersamaan dengan kehancuran alam semesta, termasuk kematian seluruh manusia.
Hanya beberapa malaikat saja yang tetap hidup.
Jika pada hari setelah tiupan sangkakala yang pertama tidak ada lagi manusia yang hidup, bagaimana dapat dikatakan bahwa nanti mereka akan melihat gunung-gunung yang disangka diam, padahal ia berjalan seperti jalannya awan.
3.
Orang-orang di Padang Mahsyar yang menyaksikan gunung-gunung ber-jalan seperti jalannya awan, tentu sadar dan melihat dengan mata kepala sendiri sehingga tidak pantas dikatakan bahwa mereka menyangka gunung-gunung itu diam saja di tempatnya.
Berlainan sekali jika dihubungkan dengan masa sekarang, karena memang manusia tidak dapat merasakan bahwa gunung-gunung itu bergerak dan berjalan di angkasa sebagaimana jalannya awan, karena gunung-gunung itu ikut bergerak bersama bumi, dan udara yang ada di sekitarnya.
Dengan pengertian yang demikian, maka barulah cocok dengan kata-kata: ( Itulah ) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu.
Kata-kata yang indah ini tidak patut dikemukakan pada konteks hari Kiamat yang penuh dengan ancaman dan ketakutan terhadap kehancuran seluruh alam semesta.
Demikianlah kedua pendapat tentang tafsir ayat 88 ini.
Sebagian besar mufasir menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat.
Sebagian lagi yang terdiri dari ulama falak menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa sekarang, dan dijadikan dalil bahwa semua yang ada di atas bumi termasuk gunung-gunung bergerak, berjalan di angkasa sebagaimana berjalannya awan.
Perbedaan penafsiran itu tidak mengenai pada tataran arti, namun hanya menyangkut waktu terjadinya.
Karena kejadian ini termasuk dalam alam gaib, maka lebih baik perhatian manusia dititikberatkan kepada perbaikan amalnya.
Oleh karena itu, pada akhir ayat itu dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan manusia.
Menurut pandangan saintis, bumi merupakan planet terbesar kelima dari sembilan planet yang ada di tata surya.
Bentuknya mirip dengan bola bundar, dengan keliling sekitar 12.743 km.
Luas permukaan bumi diperkirakan sekitar 510 juta km2.
Sekitar 29% permukaan bumi adalah daratan, sedangkan sisanya berupa lautan.
Bumi terdiri dari beberapa lapisan yang secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian.
Bagian paling atas disebut kerak bumi dan ketebalannya bervariasi dari 0-100 km di mana ke arah kontinen makin menebal.
Di bawahnya terdapat mantel dengan kedalaman sampai 2.900 km.
Bagian paling dalam disebut inti bumi dengan kedalaman dari 2.900-6.370 km.
Pembagian ini didasarkan pada analisa gelombang gempa dan masing-masing bagian tersebut mempunyai sifat fisis yang berbeda.
Inti bumi misalnya mempunyai sifat fisis layaknya benda cair.
Pembagian ini pada dasarnya dapat diperinci lebih detail.
Manusia berada pada lapisan bumi bagian atas, yakni kerak bumi.
Sampai paruh abad 20, bidang kebumian ditandai oleh perdebatan tentang continental drift ( kontinen yang mengapung ).
Mereka yang tidak setuju, disebut fixists, sedang yang setuju disebut mobilists.
Menurut kubu mobilist, continental mengapung dan bergerak di atas mantel.
Kalau kita melihat peta dunia, maka dengan amat mudah kita melihat benua Afrika dan benua Amerika [ Selatan ] bila diimpitkan, maka garis pantai keduanya relatif berimpit.
Jadi, pada dasarnya semua benua yang ada semula berupa satu benua yang satu, yang disebut Pangea, kemudian pecah dan bergerak ke tempat yang sekarang kita lihat.
Data ilmiah seperti data kemagnitan purba, kesamaan fosil maupun kesamaan formasi geologi mendukung teori ini.
Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan ( seperti ) awan berjalan.
Perdebatan ini terus berlangsung dan puncaknya pada tahun enam puluhan.
Pada saat itu, terjadilah revolusi pemikiran di bidang ilmu geologi dan pemikiran kaum mobilists mulai diterima secara luas.
Penemuan punggungan tengah samudra di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik yang didukung data geologi dan geofisika, khususnya data magnetik, memperlihatkan adanya pemekaran dasar samudra di mana dua lempeng saling bergerak menjauh.
Pada lantai samudra ini, magma dengan suhu sangat tinggi yang berasal dari mantel bumi naik ke atas membentuk punggungan tengah samudra
Dari dua konsep di atas, Apungan Benua dan Pemekaran Samudra, lahir konsep Tektonik Lempeng yang berkembang sangat cepat sejak tahun 1967 dan memiliki implikasi terhadap seluruh aspek geologi termasuk gempa bumi, gunung api, sampai pada perkembangan cekungan hidrokarbon maupun endapan-endapan mineral.
Teori ini mengatakan bahwa bumi bagian atas terdiri dari lempengan-lempengan litosfer yang terdiri dari kerak bumi dan mantel bagian atas yang mengapung dan bergerak di atas bagian mantel yang disebut astenosfer.
Lempeng-lempeng litosfer bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain.
Pada tempat-tempat saling bertemu, pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi.
Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia.
Bila dua lempeng bertemu, maka terjadi tekanan ( beban ) yang terus menerus, dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan ( beban ), maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, dan dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi, seperti firman Allah:
اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَاۙ ١ وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ ٢ وَقَالَ الْاِنْسَانُ مَا لَهَاۚ ٣ يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَاۙ ٤
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat ( yang dikandung )nya, dan manusia bertanya, “ Apa yang terjadi pada bumi ini? ” Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya.
( al-Zalzalah/99: 1-4 )
Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.
Beban berat yang dikeluar-kan dalam bentuk gempa bumi merupakan satu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun.
Begitu seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi.
Proses geologi atau berita geologi ini dapat direkam, baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi.
Sebagai contoh adalah gempa-gempa yang beberapa puluh atau ratus tahun yang lalu, peristiwa pelepasan beban direkam dengan baik oleh terumbu karang yang berada dekat sumber gempa.
Pada masa modern, pelepasan energi ini terekam oleh peralatan seismograf ( pencatat gempa ) maupun peralatan geodesi yang disebut GPS ( Global Position System ).
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
وترى الجبال تحسبها جامدة وهي تمر مر السحاب صنع الله الذي أتقن كل شيء إنه خبير بما تفعلون
سورة: النمل - آية: ( 88 ) - جزء: ( 20 ) - صفحة: ( 384 )transliterasi Indonesia
wa taral-jibāla taḥsabuhā jāmidataw wa hiya tamurru marras-saḥāb, ṣun'allāhillażī atqana kulla syaī`, innahụ khabīrum bimā taf'alụn
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
- Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya)
- Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik
- Dan tidak datang seorang rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
- (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.
- Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai,
- Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta
- Berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan".
- Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.
- Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Friday, November 22, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب