Tafsir Surat Al-Ahqaaf ayat 15 , Wa Wassayna Al-Insana Biwalidayhi Ihsanaan Hamalat/hu Ummuhu Kurhaan
﴿وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ﴾
[ الأحقاف: 15]
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". [Ahqaf: 15]
Wa Wassayna Al-Insana Biwalidayhi Ihsanaan Hamalat/hu Ummuhu Kurhaan Wa Wađaat/hu Kurhaan Wa Hamluhu Wa Fisaluhu Thalathuna Shahraan Hatta Idha Balagha Ashuddahu Wa Balagha Arbaina Sanatan Qala Rabbi Awzini An Ashkura Nimataka Allati Anamta Alayya Wa Ala Wa A-Dayya Wa An Amala Salihaan Tarđahu Wa Aslih Li Fi Dhurriyati Inni Tubtu Ilayka Wa Inni Mina Al-Muslimina
Tafsir Al-mokhtasar
Dan Kami telah memerintahkan kepada manusia suatu perintah yang kuat agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan berbakti kepada keduanya dalam kehidupan mereka dan setelah kematian mereka dengan cara yang tidak menyalahi syariat, lebih khusus lagi kepada ibunya yang telah mengandungnya dengan penderitaan dan melahirkannya dengan penderitaan.
Jarak antara mengandungnya hingga mulai menyapihnya tiga puluh bulan, hingga jika ia telah mencapai kesempurnaan kekuatan akalnya dan tubuhnya, ia berkata, “Wahai Rabb! Berilah aku petunjuk untuk mensyukuri kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan berilah aku petunjuk untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai dan terimalah dariku, serta perbaikilah untukku anak-anakku, sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu atas dosa-dosaku dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang tunduk kepada ketaatan-Mu dan pasrah kepada perintah-perintah-Mu.”
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya.
Ibunya telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payah.
Pada masa mengandung dan menyapihnya--yang berlangsung selama tiga puluh bulan--sang ibu merasakan berbagai penderitaan.
Ketika sang anak telah menginjak dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku.
Berilah aku petunjuk untuk selalu melakukan amal kebaikan yang Engkau ridai.
Jadikanlah anak keturunanku sebagai orang yang saleh.
Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dari segala dosa, dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu.
"( 1 ).
( 1 ) Berdasarkan ayat ini, dapat diketahui bahwa masa mengandung setidaknya berlangsung selama enam bulan.
Disebutkan bahwa masa mengandung dan masa menyusui ( sampai dengan masa sapih ) berlangsung selama 30 bulan.
Sementara, dalam surat Luqmân ayat 14, disebutkan bahwa masa menyusui berlangsung selama dua tahun ( 24 bulan ) Dalam dalam surat al-Baqarah ayat 233 disebutkan juga bahwa masa menyusui berlangsung selama dua tahun penuh.
Maka, kalau masa mengandung dan masa menyusui--yaitu 30 bulan--itu dikurangi masa menyusui saja--yaitu 24 bulan--dapat diketahui bahwa masa mengandung adalah enam bulan.
Dan hal ini sesuai dengan penemuan ilmiah bahwa seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan enam bulan dapat hidup
Tafsir al-Jalalain
( Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya ) menurut suatu qiraat lafal Ihsaan dibaca Husnan; maksudnya: Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
Lafal Ihsaanan adalah Mashdar yang dinashabkan oleh Fi’ilnya yang diperkirakan keberadaannya; demikian pula penjabarannya bila dibaca Husnan ( ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah pula ) artinya penuh dengan susah payah.
( Mengandungnya sampai menyapihnya ) dari penyusuannya ( adalah tiga puluh bulan ) yakni dalam masa enam bulan sebagai batas yang paling minim bagi mengandung, sedangkan sisanya dua puluh empat bulan, yaitu lama masa penyusuan yang maksimal.
Menurut suatu pendapat disebutkan bahwa jika sang ibu mengandungnya selama enam bulan atau sembilan bulan, maka sisanya adalah masa penyusuan ( sehingga ) menunjukkan makna Ghayah bagi jumlah yang diperkirakan keberadaannya, yakni dia hidup sehingga ( apabila dia telah dewasa ) yang dimaksud dengan pengertian dewasa ialah kekuatan fisik dan akal serta inteligensinya telah sempurna yaitu sekitar usia tiga puluh tiga tahun atau tiga puluh tahun ( dan umurnya sampai empat puluh tahun ) yakni genap mencapai empat puluh tahun, dalam usia ini seseorang telah mencapai batas maksimal kedewasaannya ( ia berdoa, "Ya Rabbku! ) dan seterusnya.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, yaitu sewaktu usianya mencapai empat puluh tahun sesudah dua tahun Nabi saw.
diangkat menjadi rasul.
Lalu ia beriman kepada Nabi saw.
lalu beriman pula kedua orang tuanya, lalu menyusul anaknya yang bernama Abdurrahman, lalu cucunya yang bernama Atiq ( Tunjukilah aku ) maksudnya berilah ilham ( untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan ) nikmat tersebut ( kepadaku dan kepada ibu bapakku ) yaitu nikmat tauhid ( dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai ) maka Abu Bakar segera memerdekakan sembilan orang hamba sahaya yang beriman; mereka disiksa karena memeluk agama Allah ( berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada cucuku ) maka semua anak cucunya adalah orang-orang yang beriman.
( Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." )
Tafseer Muntakhab - Indonesian
Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya.
Ibunya telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payah.
Pada masa mengandung dan menyapihnya--yang berlangsung selama tiga puluh bulan--sang ibu merasakan berbagai penderitaan.
Ketika sang anak telah menginjak dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku.
Berilah aku petunjuk untuk selalu melakukan amal kebaikan yang Engkau ridai.
Jadikanlah anak keturunanku sebagai orang yang saleh.
Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dari segala dosa, dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu.
"( 1 ).
( 1 ) Berdasarkan ayat ini, dapat diketahui bahwa masa mengandung setidaknya berlangsung selama enam bulan.
Disebutkan bahwa masa mengandung dan masa menyusui ( sampai dengan masa sapih ) berlangsung selama 30 bulan.
Sementara, dalam surat Luqmân ayat 14, disebutkan bahwa masa menyusui berlangsung selama dua tahun ( 24 bulan ) Dalam dalam surat al-Baqarah ayat 233 disebutkan juga bahwa masa menyusui berlangsung selama dua tahun penuh.
Maka, kalau masa mengandung dan masa menyusui--yaitu 30 bulan--itu dikurangi masa menyusui saja--yaitu 24 bulan--dapat diketahui bahwa masa mengandung adalah enam bulan.
Dan hal ini sesuai dengan penemuan ilmiah bahwa seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan enam bulan dapat hidup.
Tafsir Al-wajiz
Dan Kami telah mewasiatkan, yakni telah perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan kebaikan yang sempurna.
Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula.
Masa mengandung sampai menyapihnya yang sempurna adalah selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia, sang anak itu telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, merupakan usia yang menunjukkan kesempurnaan bagi perkembangan jasmani dan rohani manusia, maka dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan berilah aku kemampuan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir turun temurun sampai kepada anak cucuku.
Sungguh, aku bertobat kepada Engkau atas segala dosa-dosaku dan sungguh, aku termasuk orang muslim, yang tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah.
Tafsir Al-tahlili
Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan Abu Bakar.
Beliau termasuk orang yang beruntung karena beliau termasuk sahabat yang paling dekat dengan Nabi saw.
Salah satu putri beliau, yaitu ‘Aisyah, adalah istri Rasulullah saw, dan kedua orang tuanya yaitu Abū Quhafah dan Ummul Khair binti Shakhar bin Amir telah masuk Islam, demikian pula anak-anak beliau yang lain dan saudara-saudaranya.
Beliau bertobat, bersyukur, dan berdoa kepada Allah karena memperoleh nikmat yang tiada tara.
Allah memerintahkan agar semua manusia berbuat baik kepada ibu-bapaknya, baik ketika keduanya masih hidup maupun telah meninggal dunia.
Berbuat baik ialah melakukan semua perbuatan yang baik sesuai dengan perintah agama.
Berbuat baik kepada orang tua ialah menghormatinya, memelihara, dan memberi nafkah apabila ia sudah tidak mempunyai penghasilan lagi.
Sedangkan berbuat baik kepada kedua orang tua setelah meninggal dunia ialah selalu mendoakannya kepada Allah agar diberi pahala dan diampuni segala dosanya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua termasuk amal yang tinggi nilainya di sisi Allah, sedangkan durhaka kepadanya termasuk perbuatan dosa besar.
Anak merupakan penerus kehidupan bagi kedua orang tuanya, cita-cita atau perbuatan yang tidak dapat dilakukan semasa hidupnya diharapkan dapat dilanjutkan oleh anaknya.
Oleh karena itu, anak juga merupakan harapan orang tuanya, bukan saja harapan sewaktu ia masih hidup, tetapi juga harapan setelah meninggal dunia.
Dalam hadis Rasulullah saw, diterangkan bahwa di antara amal yang tidak akan putus pahalanya diterima oleh manusia sekalipun ia telah meninggal dunia ialah doa dari anak-anaknya yang saleh yang selalu ditujukan untuk orang tuanya.
Rasulullah saw bersabda:
اِذَا مَاتَ الاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ .( رواه مسلم عن أبي هريرة )
Apabila manusia meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.
( Riwayat Muslim dari Abū Hurairah )
Dari hadis ini dapat dipahami bahwa orang tua hendaklah mendidik anaknya agar menjadi orang yang taat kepada Allah, suka beramal saleh, melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya.
Pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, memberikan contoh yang baik, dan sebagainya.
Hanya anak-anak yang saleh yang taat kepada Allah dan suka beramal saleh, yang dapat berbakti dan berdoa untuk orang tuanya.
Pada ayat ini, Allah menerangkan secara khusus mengapa orang harus berbuat baik kepada ibunya.
Pengkhususan itu menunjukkan bahwa ketika anak akan berbuat baik kepada orang tuanya, ibu harus didahulukan daripada ayah.
Sebab perhatian, pengorbanan, dan penderitaan ibu lebih besar dan lebih banyak dalam memelihara dan mendidik anak dibandingkan dengan perhatian, pengorbanan, dan penderitaan yang dialami oleh ayah.
Di antara pengorbanan, perhatian, dan penderitaan ibu ialah:
1.
Ibu mengandung anak dalam keadaan penuh cobaan dan penderitaan.
Semula dirasakan kandungan itu ringan, sekalipun telah mulai timbul perubahan-perubahan dalam dirinya, seperti makan tidak enak, perasaan gelisah, kadang-kadang mual, muntah, dan sebagainya.
Semakin lama kandungan itu semakin berat.
Bertambah berat kandungan itu bertambah berat pula cobaan yang ditanggung ibu, sampai saat-saat melahirkan.
Hampir-hampir cobaan itu tidak tertanggungkan lagi, serasa nyawa akan putus.
2.
Setelah anak lahir, ibu memelihara dan menyusuinya.
Masa mengandung dan menyusui ialah 30 bulan.
Ayat Al-Qur’an menerangkan bahwa masa menyusui yang paling sempurna ialah dua tahun.
Allah berfirman:
وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna.
( al-Baqarah/2: 233 )
Dalam ayat ini diterangkan bahwa masa menyusui dan hamil adalah 30 bulan.
Hal ini berarti bahwa ibu harus menumpahkan perhatiannya selama masa hamil dan menyusui, yaitu 30 bulan.
Sehubungan dengan ayat ini, ada riwayat yang mengatakan bahwa seorang wanita melahirkan dalam masa kandungan enam bulan.
Maka perkara itu diajukan kepada ‘Uṡman bin ‘Affān, khalifah waktu itu.
‘Uṡman bermaksud melakukan hukum had ( merajam ) karena wanita itu disangka telah berbuat zina lebih dahulu sebelum melakukan akad nikah.
Maka ‘Ali bin Abī Ṭālib mengemukakan pendapat kepada ‘Uṡman dengan berkata, “ Allah swt menyatakan bahwa masa menyusui itu dua tahun ( 24 bulan ), dan dalam ayat ini dinyatakan bahwa masa mengandung dan masa menyusui 30 bulan.
Hal ini berarti bahwa masa hamil itu paling kurang 6 bulan.
Berarti wanita tidak dapat dihukum rajam karena ia melahirkan dalam masa hamil yang ditentukan ayat. ” Mendengar itu, ‘Uṡman bin ‘Affān mengubah pendapatnya semula dan mengikuti pendapat ‘Ali bin Abī Ṭālib.
Ibnu ‘Abbās berkata, “ Apabila seorang wanita mengandung selama sembilan bulan, ia cukup menyusui anaknya selama 21 bulan, apabila ia mengandung 7 bulan, cukup ia menyusui anaknya 23 bulan, dan apabila ia mengandung 6 bulan ia menyusui anaknya selama 24 bulan.
Oleh karena itu, maka amat bijaksana kalau seorang anak disusui dengan air susu ibu ( ASI ), sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sesuai pula dengan tuntunan ilmu kedokteran, kecuali kalau karena keadaan terpaksa bisa diganti dengan susu produk lain.
3.
Ibu adalah orang tua yang paling banyak berhubungan dengan anak dalam memelihara dan mendidiknya, sampai anaknya sanggup mandiri.
Kewajiban ibu memelihara dan mendidik anaknya itu tidak saja selama ibu terikat dengan perkawinan dengan bapak si anak, tetapi juga pada saat ia telah bercerai dengan bapak si anak.
Kecintaan dan rasa sayang ibu terhadap anaknya adalah ketentuan dari Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ
Dan Kami perintahkan kepada manusia ( agar berbuat baik ) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
( Luqmān/31: 14 )
Sehubungan dengan persoalan di atas, Rasulullah saw menjawab pertanyaan seorang sahabat dalam salah satu hadis:
عَنْ بَهْزٍ بْنِ حَكِيْمٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ مَنْ اَبَرُّ قَالَ: اُمَّكَ.
قُلْتُ ثُمَّ مَنْ.
قَالَ: اُمَّكَ.
قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ.
قَالَ: اُمَّكَ.
قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ.
قَالَ: اَبَاكَ ثُمَّ اْلاَقْرَبَ فَاْلاَقْرَبَ.
( رواه ابو داود والترمذي )
Dari Bahz bin Ḥakīm dari bapaknya dari kakeknya, mudah-mudahan Allah meridainya, ia berkata, “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, kepada siapa aku berbakti?’ Rasulullah menjawab, ‘Kepada ibumu.’ Aku berkata, ‘Kemudian kepada siapa?’ Jawab Rasulullah, ‘Kepada ibumu.’ Aku berkata, ‘Kemudian kepada siapa?’ Jawab Rasulullah, ‘Kepada ibumu.’ Aku berkata, ‘Kemudian kepada siapa?’ Rasulullah berkata, ‘Kepada ayahmu, kemudian kepada karibmu yang paling dekat, lalu yang paling dekat’. ” ( Riwayat Abū Dāwud dan at-Tirmiżī )
Adapun tanggung jawab ayah sebagai orang tua adalah sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab memelihara, memberi nafkah, dan menjaga ketenteraman dan keharmonisan keluarga.
Ayah sebagai pemimpin keluarga dapat membagi tugas-tugas kepada istri, anak-anak yang lebih tua, maupun anggota-anggota keluarga lain yang tinggal dalam keluarga tersebut.
Tanggung jawab spiritual sebagai ayah ialah membawa keluarga pada kedekatan kepada Allah, melaksanakan ibadah dengan benar dan melahirkan generasi baru, sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا ٧٤
Dan orang-orang yang berkata, “ Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati ( kami ), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. ” ( al-Furqān/25: 74 )
Ayat ini menerangkan sikap yang baik dari seorang anak kepada orang tuanya yang telah mengasuhnya sejak kecil sampai dewasa, pada saat-saat orang tuanya itu telah berusia lanjut, lemah, dan pikun.
Waktu itu si anak telah berumur sekitar 40 tahun, ia berdoa, “ Wahai Tuhanku, berilah aku bimbingan dan petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang tiada taranya yang telah engkau berikan kepadaku, baik yang berhubungan dengan petunjuk sehingga aku dapat melaksanakan perintah-Mu dan menghindari larangan-Mu, maupun petunjuk yang telah Engkau berikan kepada kedua orang tuaku sehingga mereka mencurahkan rasa kasih sayangnya kepadaku, sejak aku masih dalam kandungan, waktu aku masih kecil sampai aku dewasa.
Wahai Tuhanku, terimalah semua amalku dan tanamkan dalam diriku semangat ingin beramal saleh yang sesuai dengan keridaan-Mu, dan bimbinglah pula keturunanku mengikuti jalan yang lurus; jadikanlah mereka orang yang bertakwa dan beramal saleh. ”
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu ‘Abbās berkata, “ Barang siapa telah mencapai umur 40 tahun, sedangkan perbuatan baiknya belum dapat mengalahkan perbuatan jahatnya, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk masuk neraka. ”
Pada riwayat yang lain Ibnu ‘Abbās berkata, “ Allah telah memperkenan-kan doa Abu Bakar.
Beliau telah memerdekakan sembilan orang budak mukmin di antaranya Bilal dan Amir bin Fuhairah.
Beliau tidak pernah bermaksud hendak melakukan suatu perbuatan baik, melainkan Allah menolongnya.
Beliau berdoa, “Wahai Tuhanku, berikanlah kebaikan pada diriku, dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku.
Jadikanlah kebaikan dan ketakwaan itu menjadi darah daging bagi keturunanku. ” Allah telah memperkenankan doa beliau.
Tidak seorang pun dari anak-anaknya yang tidak beriman kepada Allah; ibu-bapaknya dan anak-anaknya semua beriman.
Oleh karena itu, tidak seorang pun di antara sahabat Rasulullah yang memperoleh keutamaan seperti ini.
Diriwayatkan oleh Abū Dāwud dari Ibnu Mas‘ūd dalam Sunan-nya bahwa Rasulullah saw pernah mengajarkan doa berikut ini:
اَللّٰهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي اَسْمَاعِنَا وَاَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَاَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ وَاَتِمَّهَا عَلَيْنَا.
( رواه ابو داود )
Wahai Tuhanku, timbulkanlah rasa kasih sayang dalam hati kami; timbulkanlah perdamaian di antara kami, bimbinglah kami ke jalan keselamatan.
Lepaskanlah kami dari kegelapan dan bimbinglah kami menuju cahaya yang terang.
Jauhkanlah kami dari segala kekejian baik yang lahir maupun yang batin.
Berkatilah kami pada pendengaran kami, pada penglihatan kami, pada hati kami, pada istri-istri kami, pada keturunan kami.
Terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Jadikanlah kami orang yang selalu mensyukuri nikmat Engkau serta memuji-Mu, karena pemberian nikmatmu itu dan sempurnakanlah nikmat-Mu itu atas kami.
( Riwayat Abū Dāwud )
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه كرها ووضعته كرها وحمله وفصاله ثلاثون شهرا حتى إذا بلغ أشده وبلغ أربعين سنة قال رب أوزعني أن أشكر نعمتك التي أنعمت علي وعلى والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأصلح لي في ذريتي إني تبت إليك وإني من المسلمين
سورة: الأحقاف - آية: ( 15 ) - جزء: ( 26 ) - صفحة: ( 504 )transliterasi Indonesia
wa waṣṣainal-insāna biwālidaihi iḥsānā, ḥamalat-hu ummuhụ kurhaw wa waḍa'at-hu kurhā, wa ḥamluhụ wa fiṣāluhụ ṡalāṡụna syahrā, ḥattā iżā balaga asyuddahụ wa balaga arba'īna sanatang qāla rabbi auzi'nī an asykura ni'matakallatī an'amta 'alayya wa 'alā wālidayya wa an a'mala ṣāliḥan tarḍāhu wa aṣliḥ lī fī żurriyyatī, innī tubtu ilaika wa innī minal-muslimīn
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang
- Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
- Diturunkan Kitab ini (Al Quran) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,
- Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang
- (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
- Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun
- dan dikatakan kepada mereka: "Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya)
- Tidak ada (penduduk) suatu negeripun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebeIum mereka; maka apakah
- kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain)
- dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Friday, November 22, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب