Tafsir Surat Al-Kahf ayat 16 , Wa Idh Atazaltumuhum Wa Ma Yabuduna Illa Allaha
﴿وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا﴾
[ الكهف: 16]
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. [Kahf: 16]
Wa Idh Atazaltumuhum Wa Ma Yabuduna Illa Allaha Fawu Ila Al-Kahfi Yanshur Lakum Rabbukum Min Rahmatihi Wa Yuhayyi Lakum Min Amrikum Mirfaqaan
Tafsir Al-mokhtasar
Dan ketika kalian meninggalkan kaum kalian, menjauhi apa yang mereka sembah selain Allah, dan kalian tidak menyembah kecuali Allah saja, maka carilah tempat perlindungan ke dalam gua demi menyelamatkan agama kalian, niscaya Tuhan kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya untuk melindungi dan menjaga kalian dari musuh-musuh kalian, dan memudahkan urusan yang bermanfaat bagi kalian sebagai pengganti dari menetap di tengah-tengah kaum kalian yang kafir.
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Selama kita memilih jalan mengasingkan diri dari kaum yang mengingkari dan menyekutukan Allah," kata sebagian mereka kepada yang lainnya, "maka berlindunglah di dalam sebuah gua demi keselamatan agama kalian.
Tuhan kalian pasti akan menurunkan karunia pengampunan dan memberikan kemudahan dengan menyediakan apa saja yang bermanfaat( 1 ) bagi kalian untuk mempertahankan hidup.
( 1 ) Sampai saat ini belum didapatkan suatu informasi akurat siapa sebenarnya penghuni gua itu, kapan dan di mana gua tersebut berada.
Namun demikian, akan dicoba paparkan di sini sedikit keterangan menyangkut kisah yang dituturkan ayat-ayat di atas.
Berangkat dari isyarat al-Qur’ân yang menyatakan bahwa mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah, dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka tengah mengalami penindasan agama yang menyebabkan mereka mengasingkan diri ke dalam sebuah gua yang tersembunyi.
Sementara itu, sejarah kuno mencatat adanya beberapa masa penindasan agama di kawasan Timur Kuno yang terjadi dalam kurun waktu yang berbeda.
Dari beberapa peristiwa penindasan agama itu hanya ada dua masa yang kita anggap penting, yang salah satunya barangkali mempunyai kaitan dengan kisah penghuni gua ini.
Peristiwa pertama terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Saluqi, saat kerajaan itu diperintah oleh Raja Antiogos IV yang bergelar Nabivanes ( tahun 176-84 S.
M ).
Pada saat penaklukan singgasana Suriah, Antiogos--yang juga dikenal sangat fanatik terhadap kebudayaan dan peradaban Yunani Kuno--mewajibkan kepada seluruh penganut Yahudi di Palestina, yang telah masuk dalam wilayah kekuasaan Suriah sejak 198 S.
M., untuk meninggalkan agama Yahudi dan menganut agama Yunani Kuno.
Antiogos mengotori tempat peribadatan Yahudi dengan meletakkan patung Zeus, Tuhan Yunani terbesar, di atas sebuah altar dan pada waktu-waktu tertentu mempersembahkan korban berupa babi bagi Zeus.
Terakhir, Antiogos membakar habis naskah Tawrât tanpa ada yang tersisa.
Berdasarkan bukti historis ini, dapat disimpulkan bahwa pemuda-pemuda itu adalah penganut agama Yahudi yang bertempat tinggal di Palestina, atau tepatnya di kota Yarussalem.
Dapat diperkirakan pula, bahwa peristiwa bangunnya mereka dari tidur panjang itu terjadi pada tahun 126 M.
setelah Romawi menguasai wilayah Timur, atau 445 tahun sebelum masa kelahiran Rasulullah saw.
tahun 571 M.
Peristiwa penindasan agama yang sama terjadi pada zaman imperium Romawi, saat Kaisar Hadrianus berkuasa ( tahun 117-138 M ).
Kaisar Hadrianus memperlakukan orang-orang Yahudi sama persis seperti yang pernah dilakukan oleh Antiogos.
Pada tahun 132 M., pembesar-pembesar Yahudi mengeluarkan ultimatum bahwa seluruh rakyat Yahudi akan berontak melawan kekaisaran Romawi.
Mereka memukul mundur garnisun-garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerussalem.
Peristiwa bersejarah ini diabadikan oleh orang-orang Yahudi dalam mata uang resmi mereka.
Selama tiga tahun penuh mereka dapat bertahan.
Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya menumpas pemberontak-pemberontak Yahudi.
Palestina jatuh dan Yerussalem dapat direbut kembali.
Etnis Yahudi pun dibasmi dan pemimpin-pemimpin mereka dibunuh.
Orang-orang Yahudi yang masih hidup dijual di pasar-pasar sebagai budak.
Simbol- simbol agama Yahudi dihancurkan, ajaran dan hukum-hukum Yahudi dihapus.
Dari penuturan sejarah ini didapat kesimpulan yang sama bahwa para pemuda itu adalah penganut ajaran Yahudi.
Tempat tinggal mereka bisa jadi berada di kawasan Timur Kuno atau di Yerussalem sendiri.
Masih mengikuti alur sejarah ini, mereka diperkirakan bangun dari tidur panjang itu kurang lebih pada tahun 435 M., 30 tahun menjelang kelahiran Rasulullah saw.
Tampaknya peristiwa pertama lebih mempunyai kaitan dengan kisah Ashhâb al-Kahf karena penindasan mereka lebih sadis.
Adapun penindasan umat Kristiani tidak sesuai dengan kelahiran Nabi Muhammad saw
Tafsir al-Jalalain
( Dan apabila kamu meninggalkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Rabb kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian ) Lafal mirfaqan dapat dibaca marfiqan artinya apa-apa yang menjadi keperluan kalian berupa makan siang dan makan malam.
Tafseer Muntakhab - Indonesian
"Selama kita memilih jalan mengasingkan diri dari kaum yang mengingkari dan menyekutukan Allah," kata sebagian mereka kepada yang lainnya, "maka berlindunglah di dalam sebuah gua demi keselamatan agama kalian.
Tuhan kalian pasti akan menurunkan karunia pengampunan dan memberikan kemudahan dengan menyediakan apa saja yang bermanfaat( 1 ) bagi kalian untuk mempertahankan hidup.
( 1 ) Sampai saat ini belum didapatkan suatu informasi akurat siapa sebenarnya penghuni gua itu, kapan dan di mana gua tersebut berada.
Namun demikian, akan dicoba paparkan di sini sedikit keterangan menyangkut kisah yang dituturkan ayat-ayat di atas.
Berangkat dari isyarat al-Qur'ân yang menyatakan bahwa mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah, dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka tengah mengalami penindasan agama yang menyebabkan mereka mengasingkan diri ke dalam sebuah gua yang tersembunyi.
Sementara itu, sejarah kuno mencatat adanya beberapa masa penindasan agama di kawasan Timur Kuno yang terjadi dalam kurun waktu yang berbeda.
Dari beberapa peristiwa penindasan agama itu hanya ada dua masa yang kita anggap penting, yang salah satunya barangkali mempunyai kaitan dengan kisah penghuni gua ini.
Peristiwa pertama terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Saluqi, saat kerajaan itu diperintah oleh Raja Antiogos IV yang bergelar Nabivanes ( tahun 176-84 S.
M ).
Pada saat penaklukan singgasana Suriah, Antiogos--yang juga dikenal sangat fanatik terhadap kebudayaan dan peradaban Yunani Kuno--mewajibkan kepada seluruh penganut Yahudi di Palestina, yang telah masuk dalam wilayah kekuasaan Suriah sejak 198 S.
M., untuk meninggalkan agama Yahudi dan menganut agama Yunani Kuno.
Antiogos mengotori tempat peribadatan Yahudi dengan meletakkan patung Zeus, Tuhan Yunani terbesar, di atas sebuah altar dan pada waktu-waktu tertentu mempersembahkan korban berupa babi bagi Zeus.
Terakhir, Antiogos membakar habis naskah Tawrât tanpa ada yang tersisa.
Berdasarkan bukti historis ini, dapat disimpulkan bahwa pemuda-pemuda itu adalah penganut agama Yahudi yang bertempat tinggal di Palestina, atau tepatnya di kota Yarussalem.
Dapat diperkirakan pula, bahwa peristiwa bangunnya mereka dari tidur panjang itu terjadi pada tahun 126 M.
setelah Romawi menguasai wilayah Timur, atau 445 tahun sebelum masa kelahiran Rasulullah saw.
tahun 571 M.
Peristiwa penindasan agama yang sama terjadi pada zaman imperium Romawi, saat Kaisar Hadrianus berkuasa ( tahun 117-138 M ).
Kaisar Hadrianus memperlakukan orang-orang Yahudi sama persis seperti yang pernah dilakukan oleh Antiogos.
Pada tahun 132 M., pembesar-pembesar Yahudi mengeluarkan ultimatum bahwa seluruh rakyat Yahudi akan berontak melawan kekaisaran Romawi.
Mereka memukul mundur garnisun-garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerussalem.
Peristiwa bersejarah ini diabadikan oleh orang-orang Yahudi dalam mata uang resmi mereka.
Selama tiga tahun penuh mereka dapat bertahan.
Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya menumpas pemberontak-pemberontak Yahudi.
Palestina jatuh dan Yerussalem dapat direbut kembali.
Etnis Yahudi pun dibasmi dan pemimpin-pemimpin mereka dibunuh.
Orang-orang Yahudi yang masih hidup dijual di pasar-pasar sebagai budak.
Simbol- simbol agama Yahudi dihancurkan, ajaran dan hukum-hukum Yahudi dihapus.
Dari penuturan sejarah ini didapat kesimpulan yang sama bahwa para pemuda itu adalah penganut ajaran Yahudi.
Tempat tinggal mereka bisa jadi berada di kawasan Timur Kuno atau di Yerussalem sendiri.
Masih mengikuti alur sejarah ini, mereka diperkirakan bangun dari tidur panjang itu kurang lebih pada tahun 435 M., 30 tahun menjelang kelahiran Rasulullah saw.
Tampaknya peristiwa pertama lebih mempunyai kaitan dengan kisah Ashhâb al-Kahf karena penindasan mereka lebih sadis.
Adapun penindasan umat Kristiani tidak sesuai dengan kelahiran Nabi Muhammad saw.
Tafsir Al-wajiz
Menghadapi kaumnya yang menyekutukan Allah dan penindasan penguasa negeri yang memaksa agar mereka meninggalkan kepercayaannya, maka salah satu dari pemuda itu atau beberapa dari mereka mengusulkan agar mereka meninggalkan negerinya ke tempat yang jauh.
Sebagian dari mereka itu berkata, “Dan apabila kamu bermaksud hendak meninggalkan mereka, yakni kaumnya yang durhaka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, yakni sebuah gua yang telah mereka kenal dan ketahui sebelumnya, guna memelihara keyakinanmu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu guna memelihara dan melindungi kamu dari penganiayaan mereka dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu yang berkaitan dengan kebutuhan hidupmu maupun yang berkaitan dengan keyakinanmu.
Tafsir Al-tahlili
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa percakapan di antara mereka terus berlanjut, sebagian dari mereka berkata kepada yang lain, “ Bilamana kamu menjauhkan diri dari kaum dan kampung halamanmu lahir dan batin, menolak untuk mengikuti adat-istiadat mereka, dan tidak mau menyembah selain Allah, sehingga menimbulkan kemarahan mereka terhadap kamu, maka seharusnya kamu mencari tempat berlindung seperti gua. ”
“ Di tempat tersebut kamu dapat melakukan ibadah dengan tekun dan khusyuk serta terhindar dari gangguan kaummu.
Bilamana kamu sudah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, serta memohon pemeliharaan-Nya, maka Dia tentu akan mencurahkan rahmat-Nya kepadamu.
Kamu tidak akan mati kelaparan atau kehausan dalam gua itu.
Allah swt akan memberi jalan keluar kepadamu dalam mengatasi kesukaran makan dan minum ataupun lainnya.
Allah akan melapangkan jalan beribadah dengan sempurna kepada-Nya sehingga kamu bisa merasakan kelezatan ibadah yang melebihi kelezatan lainnya. ” Demikian isi percakapan mereka.
Apa yang mereka ucapkan itu lahir dari keyakinan dan harapan mereka akan anugerah Allah dan berkat kepasrahan dan keimanan mereka yang sempurna kepada-Nya.
Allah swt telah menggerakkan hati para pemuda itu untuk menjadi orang-orang yang saleh, penghuni gua.
Kisah mereka akhirnya selalu dikenang dalam sejarah umat beragama.
Demikian sifat para pemuda itu, selamanya hati mereka lebih suci dan lebih cinta kepada kebenaran, yaitu sifat yang amat baik yang diperlukan bagi seseorang pemimpin.
Ibnu ‘Abbās berkata:
مَا بَعَثَ اللّٰهُ نَبِيًّا إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ وَمَا أُعْطِى عِلْمٌ لِعَالِمٍ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ
Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia seorang pemuda, dan tiada diberikan ilmu kepada seorang alim, kecuali dia pemuda.
Kemudian beliau membaca potongan ayat-ayat tersebut sebagai berikut:
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ ٦٠
Mereka ( yang lain ) berkata, “ Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela ( berhala-berhala ini ), namanya Ibrahim. ” ( al-Anbiyā’/21: 60 )
Dan firman Allah swt:
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ
Dan ( ingatlah ) ketika Musa berkata kepada pembantunya.
( al-Kahf/18: 60 )
Dan firman Allah swt:
اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًى
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.
( al-Kahf/18: 13 )
Ayat ini menunjukkan ketabahan hidup para pemuda Aṣḥābul Kahf ketika menyepi di dalam gua karena menyembunyikan agamanya.
Al-Gazali, dalam kitabnya Ihyā’ ‘Ulūmuddīn, menolak menggunakan ayat ini untuk dijadikan dalil bagi keutamaan hidup uzlah.
Beliau berkata, “ Aṣḥābul Kahf tidak mengasingkan diri mereka sendiri antara satu dengan yang lain.
Mereka seluruhnya adalah orang-orang yang beriman.
Mereka mengasingkan diri dari orang-orang kafir. ” Jadi wajarlah kalau mereka ber-uzlah agar terpelihara dari penyiksaan orang-orang kafir dan raja yang hendak membunuh mereka.
Hidup menyepi dalam arti mengasingkan diri dari kejahatan dan kebatilan yang tidak dapat diperbaiki atau mereka tidak sanggup memperbaikinya, maka uzlah semacam ini dibenarkan.
As-Suyuti dalam kitabnya Al-Iklil berpendapat bahwa dari ayat ini dapat dipahami bahwa uzlah, mengasingkan diri, lari dari kezaliman, dan tinggal dalam gua disyariatkan ketika situasi beragama tidak kondusif atau rusak.
Pendapat beliau ini perlu penjelasan karena masih kabur.
Zaman manakah yang bersih dari kerusakan? Sebenarnya yang dapat dipahami dari ayat ini ialah para pemuda itu mengasingkan diri karena adanya pemerkosaan terhadap hak hidup beragama.
Hidup uzlah karena frustasi dan keputusasaan dalam menghadapi kenyataan hidup tidak dibenarkan oleh agama.
Untuk memahami ayat ini, harus diperhatikan suasana di kala terjadinya peristiwa uzlah-nya pemuda itu.
Mereka menyepi dengan melarikan diri ke dalam gua karena akan dibunuh oleh raja yang sewenang-wenang.
Suasana saat itu juga tidak mendukung untuk berjuang melawan kesewenang-wenangan raja, dan memperlihatkan keimanan mereka.
Di masa permulaan Islam, Nabi menyuruh sahabat-sahabatnya berhijrah ke negeri Habsyah, kemudian ke Madinah, dan beliau sendiri lalu juga hijrah ke sana disebabkan oleh keganasan kaum musyrikin Quraisy, sedang kaum Muslimin tidak dapat berbuat apa-apa menghadapinya, karena masih lemah.
Bahkan, bagi Nabi saw khususnya, mereka telah bersiap untuk membunuh-nya.
Mereka mengepung rumah Nabi di malam hari untuk melaksanakan rencana pembunuhan itu.
Karena kaum musyrikin telah mengadakan persekongkolan untuk membunuh Nabi, maka Allah memerintahkan agar Nabi hijrah.
Atas dasar perintah itulah, Nabi hijrah.
Jadi, bukan karena lari dari medan peperangan, menyendiri atau uzlah, dan sebagainya.
Hidup uzlah dalam arti mengasingkan diri dari kemewahan hidup dan perbudakan harta dan hawa nafsu, lalu hidup sederhana di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang diperlihatkan sahabat Nabi Abū Żār Al-Gifarī, tidak tercela, bahkan dibenarkan oleh agama Islam.
Ibnu Kaṡīr berkata, “ Abū Żār berpendapat bahwa tidaklah patut seorang muslim memiliki harta melebihi dari persediaan makanannya sehari semalam, atau dari sesuatu yang diperguna-kannya untuk berperang, atau dari suatu yang disediakan untuk tamu.
Beliau berpegang kepada ẓahir ayat:
وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙفَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, ( bahwa mereka akan mendapat ) azab yang pedih.
( at-Taubah/9: 34 )
Abū Żār hidup dalam kesederhanaan karena tidak mau terlibat dalam kehidupan mewah yang mulai merebak pada zaman khalifah Usman r.a.
Demikian contoh kehidupan uzlah yang terdapat di kalangan sahabat Rasulullah saw ”.
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
وإذ اعتزلتموهم وما يعبدون إلا الله فأووا إلى الكهف ينشر لكم ربكم من رحمته ويهيئ لكم من أمركم مرفقا
سورة: الكهف - آية: ( 16 ) - جزء: ( 15 ) - صفحة: ( 295 )transliterasi Indonesia
wa iżi'tazaltumụhum wa mā ya'budụna illallāha fa`wū ilal-kahfi yansyur lakum rabbukum mir raḥmatihī wa yuhayyi` lakum min amrikum mirfaqā
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.
- (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud).
- Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya
- Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah
- Dan andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul).
- agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang
- Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizat-mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata: "Ini
- dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.
- Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa
- Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Friday, November 22, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب