Tafsir Surat Ar-Rad ayat 17 , Anzala Mina As-Samai Maan Fasalat Awdiyatun Biqadariha Fahtamala

  1. Jalalain
  2. Mokhtasar
  3. Quraish
  4. Al-tahlili
Bahasa Indonesia , Terjemahan - Tafsir surat Ar-Rad ayat 17 | Anzala Mina As-Samai Maan Fasalat Awdiyatun Biqadariha Fahtamala - Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English, Indonesian - Tafsir Muntakhab .
  
   

﴿أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ﴾
[ الرعد: 17]

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. [Raad: 17]

Anzala Mina As-Samai Maan Fasalat Awdiyatun Biqadariha Fahtamala As-Saylu Zabadaan Rabiaan Wa Mimma Yuqiduna Alayhi Fi An-Nari Abtighaa Hilyatin Aw Matain Zabadun Mithluhu Kadhalika Yađribu Allahu Al-Haqqa Wa Al-Batila Faamma Az-Zabadu Fayadh/habu Jufaan Wa Amma Ma Yanfau An-Nasa Fayamkuthu Fi Al-Arđi Kadhalika Yađribu Allahu Al-Amthala

Tafsir Al-mokhtasar


Allah membuat perumpamaan bagi terkikisnya kebatilan dan kelanggengan kebenaran dengan air hujan yang turun dari langit sehingga lembah-lembah mengalirkan airnya, masing-masing dengan kadarnya, besar dan kecilnya, lalu air banjir dari hujan itu membawa buih dan busa di permukaannya.
Allah membuat perumpamaan lain bagi kebenaran dan kebatilan dengan sebagian barang tambang berharga yang disepuh dengan api untuk dimurnikan dan menjadikannya perhiasan bagi manusia.
Allah mengumpamakan kebenaran dengan kebatilan dengan dua perumpamaan di atas.
Kebatilan adalah seperti buih dan busa yang mengapung di permukaan air, dan seperti ampas tambang yang dibersihkan oleh api, sedangkan kebenaran adalah seperti air jernih yang diminum, menumbuhkan buah-buahan, tanaman dan rerumputan, dan seperti barang berharga yang tersisa dari barang tambang sesudah dibakar dengan api lalu manusia mengambil manfaat darinya.
Sebagaimana Allah membuat dua perumpamaan ini, Allah membuat perumpamaan-perumpamaan lain bagi manusia agar kebaikan menjadi jelas dari kebatilan.


Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab

Nikmat dan karunia Allah kepada kalian pun sungguh sangat jelas dan nyata, dan patung-patung kalian tidak mempunyai peran apa-apa tentang karunia-karunia itu.
Hanya Dialah yang menurunkan hujan dari awan hingga mengakibatkan sungai dan lembah dapat mengalirkan air.
Semua itu sesuai dengan ketentuan takdir yang telah ditetapkan Allah untuk dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan membuahkan pohon.
Sungai-sungai itu, ketika mengalirkan air, membawa benda-benda yang tak berguna yang mengapung di atas permukaannya, mengalir mengikuti arah air, sedangkan di dalamnya terdapat benda-benda yang dapat dimanfaatkan dan tidak lenyap.
Sementara benda yang tak berguna itu akan lenyap.
Demikian pula halnya dengan kebenaran dan kebatilan.
Yang pertama itu akan tetap, kekal dan tidak lenyap, sedangkan yang kedua akan lenyap.
Selain itu, di antara tambang yang kalian olah dengan menggunakan api, ada yang dapat kalian ambil sebagai perhiasan seperti emas dan perak, ada pula yang dapat kalian pergunakan sebagaimana peralatan seperti besi dan tembaga.
Ada juga yang tidak dapat dimanfaatkan, yang muncul di permukaan.
Nah, yang tidak dapat dimanfaatkan itu hanya akan terbuang, sedangkan yang dapat digunakan akan bertahan.
Demikian pula halnya dengan akidah dan kepercayaan.
Akidah yang sesat akan lenyap tak berarti, dan akidah yang benar akan tetap, tidak akan lenyap.
Dengan cara seperti ini Allah Swt.
menerangkan yang sebenarnya.
Allah mengumpamakan suatu dengan yang lainnya agar semuanya menjadi jelas( 1 ).
( 1 ) Allah menjelaskan dua hal yang mirip dengan kebenaran, yaitu air jernih dan tambang murni, yang dapat diambil kegunaannya, juga dua hal yang mirip dengan kebaikan, yaitu buih air dan buih tambang yang larut, yang tidak dapat diambil kegunaannya.
Dia menurunkan air hujan dari awan, lalu mengalirlah air lembah dan sungai dengan berbagai ukurannya, besar dan kecil.
Air yang mengalir itu menghanyutkan buih yang muncul di atas permukaan air yang disebut busa air.
Dari berbagai barang tambang yang dihasilkan orang melalui proses pembakaran seperti emas, perak, tembaga dan timah ada yang dapat dijadikan perhiasan atau peralatan seperti bejana.
Ada juga yang berupa sampah seperti sampah air yang mengapung di atas permukaan air.
Bagian barang tambang yang mengalir itu disebut khabîts ( limbah ).
Dengan tamsil air dan limbahnya serta tambang dan limbahnya itu, Allah menerangkan kebenaran dan kebatilan.
Kebenaran diibaratkan sebagai air dan tambang yang jernih, sedangkan kebatilan diibaratkan sebagai limbah air dan limbah tambang yang tidak mungkin dapat dimanfaatkan dan akan lenyap dan terbuang.
Sedangkan air jernih dan tambang jernih yang dapat berguna untuk kepentingan manusia akan bertahan di dalam tanah agar dapat dimanfaatkan.
Dengan tamsil yang sangat jelas seperti itulah Allah selalu memperlihatkan kebaikan dan kejahatan kepada manusia.
Setelah menerangkan kebenaran dan kebatilan, Allah kemudian menerangkan orang yang mengikuti jalan yang benar dan jalan yang batil.
Orang-orang yang mengikuti jalan yang benar dengan selalu bersikap patuh akan memperoleh pahala dan kenikmatan surga di akhirat.
Sebaliknya, orang-orang yang lebih memilih jalan yang batil, meskipun mereka memiliki seluruh kekayaan dunia bahkan dua kali lebih banyak untuk menghindari siksaan Allah, tidak akan diterima

Tafsir al-Jalalain


Kemudian Allah membuat suatu perumpamaan mengenai perkara yang hak dan perkara yang batil untuk itu Dia berfirman: ( Allah telah menurunkan ) Maha Tinggi Allah ( air dari langit ) yakni air hujan ( maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya ) sesuai dengan daya tampungnya ( maka arus itu membawa buih yang mengembang ) mengapung di atas air yang mengandung kotoran dan lain sebagainya.
( Dan dari apa yang mereka lebur ) dapat dibaca tuuqiduuna dan yuuqiduuna ( dalam api ) yaitu berupa logam yang dikeluarkan dari dalam bumi, seperti emas, perak dan tembaga ( untuk membuat ) untuk dijadikan ( perhiasan ) barang perhiasan ( atau alat-alat ) perabot-perabot yang diperlukan, jika kesemuanya itu dilebur ( ada pula buihnya ) yakni sama seperti buih arus tadi, yaitu kotorannya kemudian kotoran itu dibuang oleh orang yang mencetaknya.
( Demikianlah ) hal yang telah disebutkan itu ( Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil ) perumpamaan mengenai keduanya.
( Adapun buih itu ) buih arus itu dan kotoran barang logam yang dilebur ( akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya ) menjadi limbah yang dibuang ( adapun yang memberi manfaat kepada manusia ) yaitu air bersih dan inti logam ( maka ia tetap ) terkandung ( di bumi ) selama beberapa masa.
Demikianlah perumpamaan tentang hal yang batil; akan pudar dan lenyap, sekalipun dalam beberapa waktu dapat mengalahkan perkara yang hak.
Akan tetapi pada akhirnya perkara yang hak jugalah yang akan tetap tegak dan menang.
( Demikian ) hal yang disebutkan itu ( Allah menjelaskan ) menerangkan ( perumpamaan-perumpamaan ).

Tafseer Muntakhab - Indonesian

Nikmat dan karunia Allah kepada kalian pun sungguh sangat jelas dan nyata, dan patung-patung kalian tidak mempunyai peran apa-apa tentang karunia-karunia itu.
Hanya Dialah yang menurunkan hujan dari awan hingga mengakibatkan sungai dan lembah dapat mengalirkan air.
Semua itu sesuai dengan ketentuan takdir yang telah ditetapkan Allah untuk dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan membuahkan pohon.
Sungai-sungai itu, ketika mengalirkan air, membawa benda-benda yang tak berguna yang mengapung di atas permukaannya, mengalir mengikuti arah air, sedangkan di dalamnya terdapat benda-benda yang dapat dimanfaatkan dan tidak lenyap.
Sementara benda yang tak berguna itu akan lenyap.
Demikian pula halnya dengan kebenaran dan kebatilan.
Yang pertama itu akan tetap, kekal dan tidak lenyap, sedangkan yang kedua akan lenyap.
Selain itu, di antara tambang yang kalian olah dengan menggunakan api, ada yang dapat kalian ambil sebagai perhiasan seperti emas dan perak, ada pula yang dapat kalian pergunakan sebagaimana peralatan seperti besi dan tembaga.
Ada juga yang tidak dapat dimanfaatkan, yang muncul di permukaan.
Nah, yang tidak dapat dimanfaatkan itu hanya akan terbuang, sedangkan yang dapat digunakan akan bertahan.
Demikian pula halnya dengan akidah dan kepercayaan.
Akidah yang sesat akan lenyap tak berarti, dan akidah yang benar akan tetap, tidak akan lenyap.
Dengan cara seperti ini Allah Swt.
menerangkan yang sebenarnya.
Allah mengumpamakan suatu dengan yang lainnya agar semuanya menjadi jelas( 1 ).
( 1 ) Allah menjelaskan dua hal yang mirip dengan kebenaran, yaitu air jernih dan tambang murni, yang dapat diambil kegunaannya, juga dua hal yang mirip dengan kebaikan, yaitu buih air dan buih tambang yang larut, yang tidak dapat diambil kegunaannya.
Dia menurunkan air hujan dari awan, lalu mengalirlah air lembah dan sungai dengan berbagai ukurannya, besar dan kecil.
Air yang mengalir itu menghanyutkan buih yang muncul di atas permukaan air yang disebut busa air.
Dari berbagai barang tambang yang dihasilkan orang melalui proses pembakaran seperti emas, perak, tembaga dan timah ada yang dapat dijadikan perhiasan atau peralatan seperti bejana.
Ada juga yang berupa sampah seperti sampah air yang mengapung di atas permukaan air.
Bagian barang tambang yang mengalir itu disebut khabîts ( limbah ).
Dengan tamsil air dan limbahnya serta tambang dan limbahnya itu, Allah menerangkan kebenaran dan kebatilan.
Kebenaran diibaratkan sebagai air dan tambang yang jernih, sedangkan kebatilan diibaratkan sebagai limbah air dan limbah tambang yang tidak mungkin dapat dimanfaatkan dan akan lenyap dan terbuang.
Sedangkan air jernih dan tambang jernih yang dapat berguna untuk kepentingan manusia akan bertahan di dalam tanah agar dapat dimanfaatkan.
Dengan tamsil yang sangat jelas seperti itulah Allah selalu memperlihatkan kebaikan dan kejahatan kepada manusia.
Setelah menerangkan kebenaran dan kebatilan, Allah kemudian menerangkan orang yang mengikuti jalan yang benar dan jalan yang batil.
Orang-orang yang mengikuti jalan yang benar dengan selalu bersikap patuh akan memperoleh pahala dan kenikmatan surga di akhirat.
Sebaliknya, orang-orang yang lebih memilih jalan yang batil, meskipun mereka memiliki seluruh kekayaan dunia bahkan dua kali lebih banyak untuk menghindari siksaan Allah, tidak akan diterima.

Tafsir Al-wajiz


Ayat berikut merinci kekuasaan Allah yang tidak dimiliki oleh berhala sesembahan orang-orang musyrik Mekah.
Allah telah menurunkan dalam bentuk curahan air hujan dari langit, maka mengalirlah ia, yakni air hujan yang dicurahkan itu, di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.
Dan dari apa ( logam ) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat yang beraneka ragam, ada pula buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang mana yang benar dan mana yang batil.
Adapun buih, lambang dari kebatilan, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, dan manfaat itu akan tetap ada di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang mau berpikir.

Tafsir Al-tahlili


Allah menurunkan air hujan dari langit yang mengandung awan, lalu mengalirkan air hujan itu ke berbagai lembah yang lebar dan yang sempit sesuai dengan ukurannya.
Kajian saintis menjelaskan bahwa lembah-lembah umumnya terbentuk oleh gerusan air.
Air pertama-tama menggerus bagian-bagian batuan yang paling lunak dan kemudian membentuk aliran sungai.
Alur aliran sungai ini lambat laun membesar membentuk lembah-lembah sungai.
Ukuran lembah-lembah sungai umumnya selain dipengaruhi oleh besarnya aliran air yang juga ditentukan oleh besarnya curah hujan, kekerasan batuan dan umur batuan.
Dalam bidang geomorfologi dikenal besaran kerapatan sungai, yaitu jumlah panjang sungai yang terdapat pada satu luasan daerah dengan satuan km/km2.
Besarnya kerapatan sungai umumnya menggambarkan besarnya curah hujan di daerah tersebut.
Arus air itu akan menimbulkan banyak buih di permukaannya yang merupakan gumpalan buih yang ikut bergerak dengan arus air, sehingga bila ada angin kencang yang bertiup, maka buih itu akan segera lenyap dari pandangan mata.
Menurut kajian saintifik, buih adalah zat mengambang di atas air yang mengandung banyak udara.
Terjadinya buih merupakan bagian dari proses pemurnian air yang terjadi secara alami dalam pengalirannya ( dikenal dengan istilah self purification ).
Pemurnian ini terjadi karena adanya pencampuran dengan udara yang melarut ke dalam air terutama oksigen.
Dengan adanya oksidasi, pengotor ( umumya senyawa organik ) yang terlarut di dalam air mengurai dan bagian yang ringan mengapung di atas permukaan air, sedangkan bagian yang berat akan tenggelam dan mengendap.
Inilah perumpamaan yang pertama yang dikemukakan oleh Allah swt tentang kebenaran dan kebatilan serta tentang keimanan dan kekafiran.
Buih juga bisa terbentuk dalam proses pemurnian logam dengan pemanasan.
Bijih logam di alam umumnya ditemukan dalam bahan padat yang tidak murni.
Pada proses peleburan, bijih mencair, dan logam-logam yang berat akan tenggelam sedangkan bagian yang kurang bermanfaat atau yang dapat merusak mutu hasil biasanya berupa buih dan akan mengapung ke permukaan bersama udara yang terkandung di dalamnya.
Logam tersebut dibuat untuk perhiasan dan alat-alat keperluan rumah tangga, pertanian, pertukangan, dan perindustrian.
Inilah perumpamaan yang kedua.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil.
Kebenaran dan kebatilan itu bila bercampur, seperti arus air yang bercampur dengan buih, atau seperti logam yang dibakar yang sama-sama juga mengeluarkan buih berupa kotoran karat yang semula melekat pada logam itu, kemudian terpisah karena pengaruh api yang membakarnya.
Maka sebagaimana buih yang berada di atas arus air akan lenyap setelah ada tiupan angin, dan buih yang berada di atas logam yang sedang dibakar akan hilang pula karena api, demikian pula perkara yang batil akan hilang musnah bilamana datang hak dan kebenaran yang jelas.
Buih itu akan hilang tersangkut di pinggir lembah dan pohon atau ditiup angin.
Demikian pula kotoran atau karat yang semula melekat pada logam akan habis terbakar.
Yang tinggal hanya yang memberi manfaat saja kepada manusia, yaitu air, yang dapat diminum, digunakan untuk mengairi tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan binatang, emas yang digunakan untuk perhiasan, dan logam-logam lainnya untuk alat rumah tangga, pertanian, dan sebagainya.
Dari kedua perumpamaan itu dapat diambil pengertian bahwa Allah swt telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw kemudian disampaikan ke dalam hati manusia yang masing-masing tidak sama potensi dan persiapannya untuk menerima.
Masing-masing mempunyai keterbatasan dalam hal bacaan, pengertian, hafalan, dan pengamalannya.
Ayat Al-Qur’an menjadi unsur kehidupan kerohanian dan kebahagiaan hidup sebagaimana air menjadi sebab hidup semua makhluk.
Di antara tanah yang ditimpa hujan itu ada yang tandus, tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman, hanya sekedar menyimpan air saja, yang dapat dijadikan sumber penampungan air jernih.
Ada pula tanah yang subur yang setelah disiram dengan air hujan dapat menghasilkan bermacam-macam hasil bumi.
Itulah air yang bermanfaat bagi manusia dan binatang-binatang.
Di antara logam yang dilebur dalam api seperti emas, perak, tembaga, perunggu, dan timah, ada yang dijadikan alat rumah tangga, pertukangan, perindustrian dan sebagainya.
Orang mukmin diumpamakan seperti air dan logam yang bermanfaat bagi manusia dan binatang.
Buih yang semula bercampur kemudian lenyap karena tiupan angin atau habis dibakar oleh api, adalah perumpamaan bagi kekafiran dan kebatilan yang akhirnya hancur bila berhadapan dengan hak dan kebenaran, firman Allah:
وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ٨١ ( الاسراۤء )
Dan katakanlah, ”Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.
( al-Isrā’/17: 81 )
Demikianlah Allah membuat perumpamaan yang indah yang dapat menjelaskan kepada manusia apa yang masih dipandang sulit oleh mereka tentang masalah-masalah agamanya, agar jelas perbedaan antara yang hak dan yang batil, antara keimanan dan kekafiran, sehingga mereka dapat menempuh jalan petunjuk kepada kebahagiaan dan menghindari jalan yang dimurkai Allah dan menyesatkan.
Dengan memperhatikan perumpamaan-perumpamaan yang tepat dan baik itu niscaya umat Islam akan menjadi umat terbaik yang dikeluarkan di muka bumi untuk jadi teladan bagi umat yang lain.
Al-Bukhārī dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Musa Al-Asy‘arī:
إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللّٰهُ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللّٰهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوْا وَرَعَوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا.
وَاَصَابَتْ طَائِفَةٌ مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيْعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقَهَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ وَنَفَعَهُ اللّٰهُ بِمَا بَعَثَنِى بِهِ وَنَفَعَ النَّاسَ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ.
وَمَثَلُ مَنْ لمَ ْيَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلمَ ْيَقْبَلْ هُدَى اللّٰهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ.
Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus diriku, adalah seperti air hujan yang menimpa bumi.
Di antaranya ada sebagian bumi yang menerima air itu, lalu menumbuhkan rumput dan tanam-tanaman.
Ada pula tanah yang tandus, hanya menyimpan air saja, lalu Allah memberikan manfaat air itu kepada manusia.
Maka ada yang meminumnya dan mempergunakannya untuk mengairi kebun-kebun tanamannya dan ladang-ladangnya.
Ada pula sebagian tanah yang keras, tidak dapat menyimpan dan menyerap air, sehingga tidak menumbuhkan tanaman apa-apa.
Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan Allah memberikan manfaat kepadanya dalam ajaran agama yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya kepada manusia, sehingga ia mengetahui dan mengajarkannya ( kepada orang lain ), dan perumpamaan orang yang sama sekali tidak memperhatikan dan tidak menerima petunjuk Allah yang mengutusku untuk menyampaikannya.
( Riwayat al-Bukhārī dan Muslim )
Diriwayatkan pula oleh Imam Aḥmad dari Abu Hurairah:
مَثَلِىْ وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ اِسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا اَضَاءَتْ مَا حَوْلَهَا جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِى يَقَعْنَ فِى النَّارِ يَقَعْنَ فِيْهَا وَجَعَلَ يَحْجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيْهَا فَذَلِكَ مَثَلِىْ وَمَثَلُكُمْ اَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ فَتَغْلِبُوْنِى فَتَقْتَحِمُوْنَ فِيْهَا.
( رواه أحمد والشيخان عن أبى هريرة )
Perumpamaanku denganmu seperti orang menyalakan api, ketika api menerangi tempat sekelilingnya, mulailah kupu-kupu dan serangga yang mendatangi berjatuhan ke dalam api, dan orang itu menghalangi, namun dikalahkan oleh serangga-serangga lalu masuklah serangga-serangga itu ke dalam api.
Itulah perumpamaanku denganmu.
Aku menghalangimu dari api, jauhilah api itu, namun kamu mengalahkanku dan menerobos masuk ke dalamnya.
( Riwayat Aḥmad, al-Bukhārī, dan Muslim dari Abu Hurairah )


Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah - Terjemahan

English Türkçe Indonesia
Русский Français فارسی
تفسير Bengali Urdu

أنـزل من السماء ماء فسالت أودية بقدرها فاحتمل السيل زبدا رابيا ومما يوقدون عليه في النار ابتغاء حلية أو متاع زبد مثله كذلك يضرب الله الحق والباطل فأما الزبد فيذهب جفاء وأما ما ينفع الناس فيمكث في الأرض كذلك يضرب الله الأمثال

سورة: الرعد - آية: ( 17 )  - جزء: ( 13 )  -  صفحة: ( 251 )

transliterasi Indonesia

anzala minas-samā`i mā`an fa sālat audiyatum biqadarihā faḥtamalas-sailu zabadar rābiyā, wa mimmā yụqidụna 'alaihi fin-nāribtigā`a ḥilyatin au matā'in zabadum miṡluh, każālika yaḍribullāhul-ḥaqqa wal-bāṭil, fa ammaz-zabadu fa yaż-habu jufā`ā, wa ammā mā yanfa'un-nāsa fa yamkuṡu fil-arḍ, każālika yaḍribullāhul-amṡāl



⚠️Disclaimer: there's no literal translation to Allah's holy words, but we translate the meaning.
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".

Ayats from Quran in Bahasa Indonesia


Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :

Al-Baqarah Al-'Imran An-Nisa'
Al-Ma'idah Yusuf Ibrahim
Al-Hijr Al-Kahf Maryam
Al-Hajj Al-Qasas Al-'Ankabut
As-Sajdah Ya Sin Ad-Dukhan
Al-Fath Al-Hujurat Qaf
An-Najm Ar-Rahman Al-Waqi'ah
Al-Hashr Al-Mulk Al-Haqqah
Al-Inshiqaq Al-A'la Al-Ghashiyah

Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:

surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
surah   in the voice of Ahmed El Agamy
Ahmed El Agamy
surah   in the voice of Bandar Balila
Bandar Balila
surah   in the voice of Khalid Al Jalil
Khalid Al Jalil
surah   in the voice of Saad Al Ghamdi
Saad Al Ghamdi
surah   in the voice of Saud Al Shuraim
Saud Al Shuraim
surah   in the voice of  Al Shatri
Al Shatri
surah   in the voice of Abdul Basit Abdul Samad
Abdul Basit
surah   in the voice of Abdul Rashid Sufi
Abdul Rashid Sufi
surah   in the voice of Fares Abbad
Fares Abbad
surah   in the voice of Maher Al Muaiqly
Maher Al Muaiqly
surah   in the voice of Muhammad Siddiq Al Minshawi
Al Minshawi
surah   in the voice of Al Hosary
Al Hosary
surah   in the voice of Al-afasi
Mishari Al-afasi
surah   in the voice of Nasser Al Qatami
Nasser Al Qatami
surah   in the voice of Yasser Al Dosari
Yasser Al Dosari



Friday, May 17, 2024

لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب