Tafsir Surat Ar-Rum ayat 36 , Wa Idha Adhaqna An-Nasa Rahmatan Farihu Biha Wa
﴿وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ﴾
[ الروم: 36]
Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. [Rum: 36]
Wa Idha Adhaqna An-Nasa Rahmatan Farihu Biha Wa In Tusibhum Sayyiatun Bima Qaddamat Aydihim Idha Hum Yaqnatuna
Tafsir Al-mokhtasar
Dan jika Kami memberikan suatu nikmat dari kenikmatan-kenikmatan Kami seperti nikmat kesehatan dan kekayaan, mereka bergembira karenanya dengan kegembiraan yang dipenuhi kesombongan dan takabur.
Dan jika mereka mendapatkan musibah yang tidak mereka suka seperti penyakit dan kemiskinan karena kemaksiatan yang mereka lakukan dengan tangan-tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari rahmat Allah dan pesimis akan perginya musibah yang tidak mereka sukai itu.
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, mereka berlebih-lebihan dalam kegembiraan mereka.
Sebaliknya, apabila mereka ditimpa kesulitan yang disebabkan oleh dosa-dosa yang mereka perbuat, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari kasih sayang Allah
Tafsir al-Jalalain
( Dan apabila Kami rasakan kepada manusia ) yakni orang-orang kafir Mekah dan orang-orang kafir lainnya ( suatu rahmat ) yakni suatu nikmat ( niscaya mereka gembira dengan rahmat itu ) mereka merasa bangga dengannya.
( Dan apabila mereka ditimpa musibah ) yaitu marabahaya ( disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa ) mereka putus harapan dari rahmat Allah.
Orang beriman harus bersyukur bila diberi rahmat dan bila ditimpa marabahaya harus berdoa kepada Rabbnya.
Tafseer Muntakhab - Indonesian
Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, mereka berlebih-lebihan dalam kegembiraan mereka.
Sebaliknya, apabila mereka ditimpa kesulitan yang disebabkan oleh dosa-dosa yang mereka perbuat, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari kasih sayang Allah.
Tafsir Al-wajiz
Dan di antara sifat buruk orang-orang musyrik itu adalah bahwa apabila Kami berikan sesuatu rahmat kepada manusia, yakni kaum musyrik, misalnya terbebas dari bencana atau musibah, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu, bahkan dengan congkak mereka menganggapnya sebagai hasil usaha mereka sendiri.
Akan tetapi, apabila suatu saat mereka ditimpa sesuatu musibah karena kesalahan atau kemaksiatan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa dari rahmat Allah
Tafsir Al-tahlili
Perilaku kedua yang dapat mengantarkan manusia kepada kesyirikan adalah bila mereka diberi rahmat sedikit saja oleh Allah, mereka lupa daratan.
Akan tetapi, bila ditimpa kemalangan sedikit saja, mereka putus asa lalu ingkar.
Dalam ayat ini, Allah juga menyatakan “ mencicipkan ” yang berarti bahwa yang dikaruniakan itu hanya sedikit.
Karunia itu antara lain berupa harta benda.
Oleh karena itu, bagaimana pun banyak harta, itu tidak ada bandingannya dengan kebahagiaan yang akan diberikan-Nya di akhirat.
Akan tetapi, sebagian manusia ada yang terlena dengan karunia Allah di dunia itu, lalu lupa daratan.
Mereka mengingkari Allah, dan tidak mempe-dulikan lagi semua perintah dan larangan-Nya.
Mereka mau mengorbankan kebahagiaan mereka yang abadi di akhirat itu hanya dengan kenikmatan yang tidak berarti dan sementara di dunia.
Akibatnya, mereka akan diazab kelak di akhirat.
Sebaliknya, bila mereka mendapat penderitaan yang diakibatkan kesalahan mereka sendiri, mereka cepat putus asa.
Potongan ayat ini mengisyaratkan bahwa dunia itu tidak selamanya menyenangkan, tetapi akan diselingi kesusahan.
Senang dan susah itu memang dipergilirkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ
...Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan....
( al-Anbiyā’/21: 35 )
Oleh karena itu, manusia tidak boleh cepat terlena bila memperoleh nikmat dan tidak boleh cepat putus asa bila mendapat kesusahan.
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa mereka putus asa karena perbuatan tangan mereka sendiri.
Itu berarti bahwa mereka melakukan kesalahan itu dengan sengaja.
Seharusnya mereka mengakui kesalahan itu dan cepat bertobat.
Tetapi tidak demikian, mereka menjauh dari Allah dan tidak minta tolong kepada-Nya.
Karena merasa tidak mampu menghadapi kesusahan itu, mereka putus asa dan bersikap pesimis.
Dengan demikian, mereka melawan fitrahnya, karena orang yang berdiri di atas fitrah adalah yang selalu mendekatkan diri kepada Allah ( lihat ayat 31 di atas ) dan selalu bersikap optimis.
Prilaku itu dilukiskan dalam ayat lain:
اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًاۙ ١٩ اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًاۙ ٢٠ وَّاِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًاۙ ٢١ اِلَّا الْمُصَلِّيْنَۙ ٢٢ ( المعارج )
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.
Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh-kesah, dan apabila mendapat kebaikan ( harta ) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat.
( al-Ma’ārij/70: 19-22 )
Dalam ayat-ayat itu diterangkan bahwa prilaku tidak sabar, gelisah, dan kikir itu adalah sifat sebagian manusia, tidak semuanya.
Mereka yang konsisten dalam melaksanakan salat tidak akan berprilaku demikian, karena setiap waktu mereka berkomunikasi dengan Allah.
Dengan demikian, mereka tidak akan kehilangan akal ketika mendapat kesusahan dan tidak akan lupa daratan ketika menerima nikmat.
Mereka sabar ketika mendapat kesulitan, dan bersyukur ketika memperoleh kebahagiaan, sebagaimana dinyatakan dalam hadis berikut:
عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِيْنَ لَاَيَقْضِى الله ُلَهُ قَضَاءً اِلَاَّ كَانَ خَيْرًا لَهُ اِنْ اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكاَنَ خَيْرًا لَهُ وَاِنْ اَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
( رواه احمد ومسلم عن صهيب )
Aneh keadaan orang Mukmin, Allah tidak akan memutuskan sesuatu keputusan kecuali hal itu baik baginya.
Jika dia ditimpa kegembiraan dia berterima kasih, hal itu adalah baik baginya.
Jika dia ditimpa kemalangan dia bersabar, hal itu adalah baik baginya.
( Riwayat Aḥmad dan Muslim dari Ṣuhaib )
Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
وإذا أذقنا الناس رحمة فرحوا بها وإن تصبهم سيئة بما قدمت أيديهم إذا هم يقنطون
سورة: الروم - آية: ( 36 ) - جزء: ( 21 ) - صفحة: ( 408 )transliterasi Indonesia
wa iżā ażaqnan-nāsa raḥmatan fariḥụ bihā, wa in tuṣib-hum sayyi`atum bimā qaddamat aidīhim iżā hum yaqnaṭụn
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak
- (Yaitu) api yang sangat panas.
- dan dalam naungan asap yang hitam.
- Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,
- (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.
- (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa
- Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
- Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di
- (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa
- Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan,
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Friday, November 22, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب