Tafsir Surat An-Nisa ayat 46 , Mina Al-Ladhina Hadu Yuharrifuna Al-Kalima An Mawađiihi Wa

  1. Jalalain
  2. Mokhtasar
  3. Quraish
  4. Al-tahlili
Bahasa Indonesia , Terjemahan - Tafsir surat An-Nisa ayat 46 | Mina Al-Ladhina Hadu Yuharrifuna Al-Kalima An Mawađiihi Wa - Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English, Indonesian - Tafsir Muntakhab .
  
   

﴿مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَٰكِن لَّعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا﴾
[ النساء: 46]

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. [Nisa: 46]

Mina Al-Ladhina Hadu Yuharrifuna Al-Kalima An Mawađiihi Wa Yaquluna Samina Wa Asayna Wa Asma Ghayra Musmain Wa Raina Layyaan Bialsinatihim Wa Tanaan Fi Ad-Dini Wa Law Annahum Qalu Samina Wa Atana Wa Asma Wa Anzurna Lakana Khayraan Lahum Wa Aqwama Wa Lakin Laanahumu Allahu Bikufrihim Fala Yuuminuna Illa Qalilaan

Tafsir Al-mokhtasar


Di antara orang-orang Yahudi terdapat orang-orang jahat yang mengubah firman Allah yang diturunkan-Nya kepada mereka.
Mereka menakwilkannya dengan takwilan yang tidak sesuai dengan apa yang Allah turunkan.
Dan ketika Rasulullah -ṣallallāhu ’alaihi wa sallam- menyuruh mereka melakukan sesuatu, mereka menjawab, “Kami mendengar ucapanmu, tetapi kami membangkang perintahmu.” Dan mereka berkata, “Dengarkanlah apa yang kami katakan, semoga kamu tidak mendengar.” Dan dengan kata-kata, “rā’inā" mereka ingin memberikan kesan bahwa mereka bermaksud mengatakan, “Perhatikanlah kami dengan pendengaranmu”.
Padahal sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan ar-ru’ūnah ( sangat bodoh ).
Mereka memutar lidah mereka dengan kata-kata itu.
Mereka bermaksud menyumpahi Rasulullah -ṣallallāhu ’alaihi wa sallam- dan menistakan agama ( Islam ).
Seandainya mereka mengatakan, “Kami mendengar ucapanmu dan mematuhi perintahmu”, bukan mengatakan, “Kami mendengar ucapanmu tetapi kami membangkang perintahmu”, dan mengatakan, “Dengarkanlah” bukan mengatakan, “Dengarkanlah.
Semoga kamu tidak mendengar”, dan mengatakan, “intaẓirnā” ( perlahanlah ) sampai kami memahami perkataanmu, bukan mengatakan, “rā’inā”, niscaya hal itu akan lebih baik bagi mereka daripada ucapan mereka yang pertama, dan lebih adil dari itu, karena hal itu berarti menunjukkan sopan santun dan sikap yang pantas kepada Nabi -ṣallallāhu ’alaihi wa sallam-.
Akan tetapi Allah telah mengutuk dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya disebabkan oleh kekafiran mereka, sehingga tidak memiliki iman yang bermanfaat bagi mereka.


Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab

Di antara orang-orang Yahudi ada sekelompok orang yang cenderung mengubah-ubah perkataan dari makna sebenarnya.
Mereka berkata kepada Nabi mengenai diri mereka, "Kami mendengar ucapan dan kami melanggar perintah." Mereka juga berkata, "Dengarlah ucapan kami," dengan mengarahkan pembicaraan kepadamu.
Mereka mengatakan pula, "Isma’ ghayra musma’" ( dengarlah, semoga kamu tidak mendengar apa-apa ).
Ungkapan ini dibuat begitu rupa sehingga seolah-olah mereka mengharapkan kebaikan kepada Nabi Muhammad saw.
Padahal, sebenarnya, keburukanlah yang mereka harapkan menimpa Nabi.
Mereka pun mengucapkan "Râ’inâ" ( sudilah kiranya kamu memperhatikan kami ) dengan cara memutar-mutar lidah.
Mereka, dengan cara seperti itu, menginginkan orang lain menganggap maksudnya "undzurnâ" ( "sudilah kiranya kamu memperhatikan kami" ) karena dengan memutar-mutar lidah ketika menyebut "râ’inâ", seolah- olah mereka memang meminta agar diperhatikan.
Padahal, sebenarnya, mereka tengah mencela agama dengan mencela Nabi saw., pembawa risalah, sebagai orang yang bodoh ( "ru’ûnah": bentuk nomina abstrak [ mashdar ] dari verba [ fi’l ] ra’ana yang berarti ’kebodohan’ ).
Jika saja mereka mau bersikap jujur dengan mengatakan "Sami’nâ wa atha’nâ" ( kami dengar dan kami taati ) sebagai pengganti tambahan "Sami’nâ wa ’ashaynâ" ( kami dengar dan kami langgar ), dan mengatakan "Isma’" tanpa tambahan "ghayr musma’", serta mengganti ucapan "Râ’inâ" dengan "unzhurnâ", tentulah itu lebih baik dan lebih bijaksana bagi mereka.
Akan tetapi begitulah kenyataannya, Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya disebabkan oleh kemungkaran yang mereka lakukan.
Dan kamu tidak mendapatkan mereka itu sebagai orang-orang yang memenuhi ajakanmu untuk beriman, kecuali sedikit saja

Tafsir al-Jalalain


( Di antara orang-orang Yahudi ) ada suatu kaum ( mereka mengubah perkataan-perkataan ) yakni yang diturunkan Allah dalam Taurat berupa tanda-tanda dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw.
( dari tempat-tempatnya ) semula ( dan kata mereka ) kepada Nabi saw.
bila beliau menitahkan mereka mengerjakan sesuatu: ( "Kami dengar ) ucapanmu ( dan kami langgar." ) perintahmu ( dan dengarlah padahal tidak ada yang akan didengar ) menjadi hal yang berarti doa; artinya semoga saya tidak mendengarnya.
( Dan ) kata mereka pula kepadanya ( "Ra`ina." ) padahal mereka telah dilarang mengucapkannya karena dalam bahasa mereka kata-kata itu berarti makian ( dengan memutar-mutar lidah mereka dan mencela ) menjelekkan ( agama ) Islam.
( Sekiranya mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami turut ) sebagai ganti dari ’kami langgar’ ( dan dengarlah ) saja ( dan perhatikanlah kami" ) yaitu unzhurnaa sebagai ganti dari raa`inaa ( tentulah itu lebih baik bagi mereka ) daripada apa yang mereka ucapkan tadi ( dan lebih tepat ) lebih adil daripadanya.
( Akan tetapi Allah mengutuk mereka ) artinya menjauhkan mereka dari rahmat-Nya ( disebabkan kekafiran mereka sehingga mereka tidaklah beriman selain hanya segelintir saja ) misalnya Abdullah bin Salam dan para sahabatnya.

Tafseer Muntakhab - Indonesian

Di antara orang-orang Yahudi ada sekelompok orang yang cenderung mengubah-ubah perkataan dari makna sebenarnya.
Mereka berkata kepada Nabi mengenai diri mereka, "Kami mendengar ucapan dan kami melanggar perintah." Mereka juga berkata, "Dengarlah ucapan kami," dengan mengarahkan pembicaraan kepadamu.
Mereka mengatakan pula, "Isma' ghayra musma'" ( dengarlah, semoga kamu tidak mendengar apa-apa ).
Ungkapan ini dibuat begitu rupa sehingga seolah-olah mereka mengharapkan kebaikan kepada Nabi Muhammad saw.
Padahal, sebenarnya, keburukanlah yang mereka harapkan menimpa Nabi.
Mereka pun mengucapkan "Râ'inâ" ( sudilah kiranya kamu memperhatikan kami ) dengan cara memutar-mutar lidah.
Mereka, dengan cara seperti itu, menginginkan orang lain menganggap maksudnya "undzurnâ" ( "sudilah kiranya kamu memperhatikan kami" ) karena dengan memutar-mutar lidah ketika menyebut "râ'inâ", seolah- olah mereka memang meminta agar diperhatikan.
Padahal, sebenarnya, mereka tengah mencela agama dengan mencela Nabi saw., pembawa risalah, sebagai orang yang bodoh ( "ru'ûnah": bentuk nomina abstrak [ mashdar ] dari verba [ fi'l ] ra'ana yang berarti 'kebodohan' ).
Jika saja mereka mau bersikap jujur dengan mengatakan "Sami'nâ wa atha'nâ" ( kami dengar dan kami taati ) sebagai pengganti tambahan "Sami'nâ wa 'ashaynâ" ( kami dengar dan kami langgar ), dan mengatakan "Isma'" tanpa tambahan "ghayr musma'", serta mengganti ucapan "Râ'inâ" dengan "unzhurnâ", tentulah itu lebih baik dan lebih bijaksana bagi mereka.
Akan tetapi begitulah kenyataannya, Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya disebabkan oleh kemungkaran yang mereka lakukan.
Dan kamu tidak mendapatkan mereka itu sebagai orang-orang yang memenuhi ajakanmu untuk beriman, kecuali sedikit saja.

Tafsir Al-wajiz


Yaitu di antara orang Yahudi, yang kebiasaan buruk mereka adalah mengubah perkataan dari tempat-tempatnya seperti menyangkut kenabian Muhammad.
Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan juga mereka mengatakan pula, “Dengarlah,” sedang engkau, Nabi Muhammad, sebenarnya tidak mendengar apa pun apa yang mereka katakan.
Dan selanjutnya mereka mengatakan pula, “
ra’ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan dengan sengaja mencela ajaran agama.
Sekiranya mereka mengatakan, “
Kami mendengar dan patuh, sebagai ganti dari perkataan “dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, karena tidak menimbulkan kemungkinan keliru.
Akan tetapi itu tidak mereka lakukan sehingga Allah melaknat mereka, karena kekafiran dan kedurhakaan mereka.
Mereka tidak beriman kecuali hanya sedikit sekali.

Tafsir Al-tahlili


Di antara Ahli Kitab yang tersebut di atas ada pula yang mengubah kalimat-kalimat yang ada pada kitab mereka dan memindahkannya dari tempat semula ke tempat yang lain, sehingga kitab itu menjadi kacau dan tidak dapat lagi dijadikan pedoman.
Mereka menafsirkan bahwa kedatangan Nabi Isa dan Nabi Muhammad saw adalah tidak benar dan mereka masih menunggu kedatangan Isa dan Muhammad yang diutus dari kalangan mereka.
Orang-orang Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad saw, “ Sami’nā wa ‘aṣainā ( kami mendengar ucapanmu akan tetapi kami tidak akan taat kepada perintahmu ). ” Mereka juga berkata kepada Nabi Muhammad saw, “ Isma’ gaira musma’in ( dengarlah Muhammad semoga engkau tidak dapat mendengar/tuli ). ” Demikian juga mereka berkata kepada Nabi Muhammad saw, “ Rā’inā ( kiranya engkau memperhatikan kami ). ”
Ketika para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudi pun memakai kata ini terhadap Rasulullah.
Padahal yang mereka maksud dengan rā’inā itu ialah "kebodohan yang sangat" sebagai celaan kepada Rasulullah saw.
( lihat tafsir ayat 104 al-Baqarah, dan kosakata rā’inā ).
Semua pemakaian kata-kata yang tidak benar itu dimaksudkan untuk memutarbalikkan panggilan dan untuk mencela agama.Termasuk pula pemutaran lidah mereka terhadap Nabi Muhammad saw ialah bila mereka bertemu dengan Nabi, mereka mengucapkan, “ As-sām ( mudah-mudahan kamu mati ). ” Ucapan itu dijawab oleh Nabi, “ Alaikum ( mudah-mudahan kamulah yang mati ). ”
Sekiranya orang-orang Yahudi tidak mengucapkan kata-kata yang sejelek itu, tetapi mengganti ucapannya kepada Muhammad dengan ”Sami’nā wa aṭa’nā wa isma’ wa unẓurnā ( kami mendengarkan ucapanmu dan menaati segala perintahmu, dengarkanlah ucapan kami dan perhatikanlah kami ),” maka pastilah perkataan-perkataan itu akan membawa akibat yang sangat baik bagi mereka.
Tetapi karena kekafiran mereka, mereka mendapat laknat Allah dan mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis yang tidak dapat membawa mereka kepada kebahagiaan yang hakiki.


Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", - Terjemahan

English Türkçe Indonesia
Русский Français فارسی
تفسير Bengali Urdu

من الذين هادوا يحرفون الكلم عن مواضعه ويقولون سمعنا وعصينا واسمع غير مسمع وراعنا ليا بألسنتهم وطعنا في الدين ولو أنهم قالوا سمعنا وأطعنا واسمع وانظرنا لكان خيرا لهم وأقوم ولكن لعنهم الله بكفرهم فلا يؤمنون إلا قليلا

سورة: النساء - آية: ( 46 )  - جزء: ( 5 )  -  صفحة: ( 86 )

transliterasi Indonesia

minallażīna hādụ yuḥarrifụnal-kalima 'am mawāḍi'ihī wa yaqụlụna sami'nā wa 'aṣainā wasma' gaira musma'iw wa rā'inā layyam bi`alsinatihim wa ṭa'nan fid-dīn, walau annahum qālụ sami'nā wa aṭa'nā wasma' wanẓurnā lakāna khairal lahum wa aqwama wa lākil la'anahumullāhu bikufrihim fa lā yu`minụna illā qalīlā



⚠️Disclaimer: there's no literal translation to Allah's holy words, but we translate the meaning.
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".

Ayats from Quran in Bahasa Indonesia

  1. Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar,
  2. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal
  3. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat
  4. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
  5. memasuki api yang sangat panas (neraka),
  6. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.
  7. Haa Miim.
  8. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
  9. Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah
  10. Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar

Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :

Al-Baqarah Al-'Imran An-Nisa'
Al-Ma'idah Yusuf Ibrahim
Al-Hijr Al-Kahf Maryam
Al-Hajj Al-Qasas Al-'Ankabut
As-Sajdah Ya Sin Ad-Dukhan
Al-Fath Al-Hujurat Qaf
An-Najm Ar-Rahman Al-Waqi'ah
Al-Hashr Al-Mulk Al-Haqqah
Al-Inshiqaq Al-A'la Al-Ghashiyah

Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:

surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
surah   in the voice of Ahmed El Agamy
Ahmed El Agamy
surah   in the voice of Bandar Balila
Bandar Balila
surah   in the voice of Khalid Al Jalil
Khalid Al Jalil
surah   in the voice of Saad Al Ghamdi
Saad Al Ghamdi
surah   in the voice of Saud Al Shuraim
Saud Al Shuraim
surah   in the voice of  Al Shatri
Al Shatri
surah   in the voice of Abdul Basit Abdul Samad
Abdul Basit
surah   in the voice of Abdul Rashid Sufi
Abdul Rashid Sufi
surah   in the voice of Fares Abbad
Fares Abbad
surah   in the voice of Maher Al Muaiqly
Maher Al Muaiqly
surah   in the voice of Muhammad Siddiq Al Minshawi
Al Minshawi
surah   in the voice of Al Hosary
Al Hosary
surah   in the voice of Al-afasi
Mishari Al-afasi
surah   in the voice of Nasser Al Qatami
Nasser Al Qatami
surah   in the voice of Yasser Al Dosari
Yasser Al Dosari



Friday, May 17, 2024

لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب