Tafsir Surat Al-Kahf ayat 60 , Wa Idh Qala Musa Lifatahu La Abrahu Hatta

  1. Jalalain
  2. Mokhtasar
  3. Quraish
  4. Al-tahlili
Bahasa Indonesia , Terjemahan - Tafsir surat Al-Kahf ayat 60 | Wa Idh Qala Musa Lifatahu La Abrahu Hatta - Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English, Indonesian - Tafsir Muntakhab .
  
   

﴿وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا﴾
[ الكهف: 60]

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". [Kahf: 60]

Wa Idh Qala Musa Lifatahu La Abrahu Hatta Ablugha Majmaa Al-Bahrayni Aw Amđiya Huqubaan

Tafsir Al-mokhtasar


Dan ingatlah -wahai Rasul- ketika Musa -’alaihissalām- berkata kepada pelayannya Yūsya’ bin Nūn, " Aku tidak akan berhenti berjalan hingga sampai pada tempat pertemuan dua lautan, atau aku akan terus berjalan hingga bertahun-tahun sampai menjumpai hamba yang saleh itu dan aku belajar darinya. "


Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab

Ilmu Allah tidak dapat diketahui oleh siapa pun.
Kendatipun demikian, Allah dapat memberikan sebagian ilmu-Nya kepada seorang nabi atau seorang yang saleh.
Ingatlah, wahai Muhammad, ketika Mûsâ ibn ’Imrân berkata kepada anak muda ( pembantunya dan sekaligus juga muridnya ), "Aku masih akan terus berjalan sampai batas pertemuan dua laut, atau berjalan dalam waktu panjang

Tafsir al-Jalalain


( Dan ) ingatlah ( ketika Musa berkata ) Nabi Musa adalah anak lelaki Imran ( kepada muridnya ) yang bernama Yusya bin Nun; ia selalu mengikutinya dan menjadi pelayannya serta mengambil ilmu daripadanya, ( "Aku tidak akan berhenti ) artinya, aku akan terus berjalan ( sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan ) tempat bertemunya Laut Romawi dan laut Persia dari sebelah Timurnya; yakni tempat bertemunya kedua lautan tersebut ( atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun )" selama bertahun-tahun untuk mencapainya sekalipun jauh.

Tafseer Muntakhab - Indonesian

Ilmu Allah tidak dapat diketahui oleh siapa pun.
Kendatipun demikian, Allah dapat memberikan sebagian ilmu-Nya kepada seorang nabi atau seorang yang saleh.
Ingatlah, wahai Muhammad, ketika Mûsâ ibn 'Imrân berkata kepada anak muda ( pembantunya dan sekaligus juga muridnya ), "Aku masih akan terus berjalan sampai batas pertemuan dua laut, atau berjalan dalam waktu panjang."

Tafsir Al-wajiz


Dan ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Nabi Musa berkata kepada pembantunya yang juga muridnya, “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun lamanya tanpa henti.” Terdapat perbedaan pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan pembantu atau murid Nabi Musa yang disebut dalam ayat ini.
Menurut sebagian besar ulama, ia adalah seorang pemuda bernama Yusya’ bin Nun, ia adalah salah seorang dari keturunan Nabi Yusuf.
Ada juga yang berpendapat bahwa pemuda itu itu adalah kemenakan Nabi Musa, yakni anak saudara perempuannya.
Demikian juga terdapat perbedaaan pendapat tentang apa yang dimaksud “
pertemuan dua laut” pada ayat ini.
Di antara pendapat itu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua laut ialah Laut Merah dan Laut Putih, dan tempat pertemuan itu ialah Danau at-Timsah dan Danau Murrah, yang merupakan pertemuan antara Teluk Aqabah dan Suez di Laut Merah.

Tafsir Al-tahlili


Dalam ayat ini, Allah menceritakan betapa gigihnya tekad Nabi Musa a.s.
untuk sampai ke tempat bertemunya dua laut.
Berapa tahun dan sampai kapan pun perjalanan itu harus ditempuh, tidak menjadi soal baginya, asal tempat itu ditemukan dan yang dicari didapatkan.
Penyebab Nabi Musa a.s.
begitu gigih untuk mencari tempat itu ialah beliau mendapat teguran dan perintah dari Allah, seperti yang diriwayatkan dalam hadis yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
أَنَّ مُوْسَى قَالَ خَطِيْبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيْلَ فَسُئِلَ أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ قَالَ أَنَا، فَعَتَبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ إِذْلَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ فَأَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِ إِنَّ لِيْ عَبْدًا بِمَجْمَعِ الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ.
( رواه البخاري عن أبي بن كعب )
Bahwasanya Musa a.s.
( pada suatu hari ) berkhutbah di hadapan Bani Israil.
Kemudian ada orang bertanya kepada beliau, “ Siapakah manusia yang paling alim. ” Beliau menjawab, “ Aku. ” Maka Allah menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah Ta’ala.
Kemudian Allah mewahyukan kepadanya, “ Aku mempunyai seorang hamba di tempat pertemuan dua laut yang lebih alim daripadamu. ” ( Riwayat al-Bukhārī dari Ubay bin Ka’ab )
Dalam wahyu tersebut, Allah menyuruh Nabi Musa agar menemui orang itu dengan membawa seekor ikan dalam kampil ( keranjang ), dan dimana saja ikan itu lepas dan hilang di situlah orang itu ditemukan.
Lalu Musa a.s.
pergi menemui orang yang disebutkan itu, dan dalam hadis tidak diterangkan di mana tempatnya.
Demikianlah kebulatan tekad yang dimiliki oleh seorang yang berhati dekat dengan Tuhannya.
Dengan tangkas dan giat, dia melaksanakan seruan-Nya.
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud Musa dalam ayat ini adalah Nabi Musa bin Imran, nabi Bani Israil yang Allah turunkan kepadanya kitab Taurat yang berisi syariat.
Nabi Musa adalah seorang nabi yang mempunyai berbagai mukjizat yang luar biasa.
Alasan mereka antara lain ialah Musa yang disebut-sebut dalam Al-Qur’an ialah Musa yang menerima Kitab Taurat.
Dengan demikian, Musa di sini pun tentu Musa yang menerima Taurat itu pula.
Jika yang dimaksud dalam ayat ini adalah Musa yang lain, tentu ada penjelasannya.
Menurut Nauf al-Bukalī, yang dimaksud Musa di sini ialah Musa bin Misya bin Yusuf bin Yakub, yaitu seorang nabi yang diangkat sebelum Nabi Musa bin Imran.
Alasan mereka antara lain:
1.
Tidak masuk akal kalau yang dimaksud dengan Musa di sini ialah Nabi Musa bin Imran.
Sebab beliau adalah seorang nabi yang telah pernah berbicara langsung dengan Allah, menerima kitab Taurat dari-Nya, dan dapat mengalahkan musuhnya dengan mukjizat yang luar biasa.
Bagaimana mungkin dapat diterima akal, seorang yang luar biasa seperti itu disuruh Allah pergi menemui orang lain dan masih harus berguru kepadanya.
2.
Musa bin Imran, nabi Bani Israil itu, setelah keluar dari Mesir dan pergi ke Gurun Pasir Sinai, tidak pernah meninggalkan tempat itu dan beliau wafat di sana.
Alasan-alasan mereka ini dapat dibantah.
Seseorang bagaimanapun tinggi ilmu pengetahuannya, tentu saja masih ada segi kelemahannya.
Demikian pula halnya dengan Nabi Musa, tentu ada segi kekurangan dan kelemahannya.
Pada segi inilah kelebihan Nabi Khidir dari Nabi Musa.
Inilah yang harus dipelajari Nabi Musa darinya, yaitu hal-hal yang diceritakan Allah swt pada ayat-ayat berikut.
Kepergian Nabi Musa dari Semenanjung Sinai boleh jadi tidak diberi-tahukan kepada Bani Israil, sehingga mereka menyangka kepergiannya untuk bermunajat kepada Allah.
Setelah kembali, Nabi Musa tidak menceritakan peristiwa pertemuannya dengan Khidir karena peristiwa itu boleh jadi belum dapat dipahami kaumnya.
Oleh karena itu, dipesankan kepada pemuda yang ikut bersamanya agar merahasiakannya.
Pemuda yang menyertai Nabi Musa ini bernama Yusya’ bin Nun bin Afratim bin Yusuf a.s.
Dia adalah pembantu dan muridnya.
Yusya’ inilah yang memimpin Bani Israil memasuki Palestina ketika Nabi Musa telah meninggal dunia.
Dalam ayat ini, Allah telah memberikan contoh tentang kesopanan menurut ajaran Islam, yaitu untuk memanggil bujang atau pembantu rumah tangganya dengan sebutan fatā ( pemuda ) bagi pembantu lelaki, dan fatat bagi pembantu perempuan.
Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
لَا يَقُوْلُ أَحَدُكُمْ عَبْدِيْ وَلَا أَمَتِيْ وَلْيَقُلْ فَتَايَ وَ فَتَاتِيْ.
( رواه البخاري و مسلم عن أبي هريرة )
Janganlah seseorang di antara kamu memanggil hambaku atau hamba perempuanku, tetapi hendaklah memanggil fatāya atau fatātī.
( Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Abu Hurairah )
Mengenai orang yang hendak dijumpai oleh Nabi Musa a.s.
adalah Balya bin Malkan.
Kebanyakan para ahli tafsir menjulukinya dengan sebutan Khidir.
Mereka juga berpendapat bahwa beliau seorang nabi dengan alasan firman Allah swt:
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا ٦٥ قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ٦٦
...yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.
Musa berkata kepadanya, “ Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ( ilmu yang benar ) yang telah diajarkan kepadamu ( untuk menjadi ) petunjuk? ” ( al-Kahf/18: 65-66 )
Yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat ini ialah wahyu kenabian.
Sebab sambungan ( akhir ) ayat ini menyebutkan rahmat itu langsung diajarkan dari sisi Allah tanpa perantara dan yang berhak menerima seperti itu hanyalah para nabi.
Lagi pula dalam ayat berikutnya disebutkan supaya ( Nabi ) Khidir mengajarkan ilmu yang benar kepada Nabi Musa.
Tidak ada nabi yang belajar kepada bukan nabi.
Bahkan pada ayat 82 juga disebutkan:
وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْ
Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri.
( al-Kahf/18: 82 )
Maksud ayat di atas adalah setelah Nabi Musa dan Yusya’ mengikutinya, Nabi Khidir melakukan yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.
Tetapi waktu Nabi Musa bertanya kepadanya, demikianlah jawabannya.
Ini berarti bahwa tindakan Nabi Khidir itu berdasarkan wahyu dari Allah, dan ini adalah satu bukti yang kuat bagi kenabiannya.
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan dan pelajaran bahwa rendah hati itu mempunyai nilai yang jauh lebih baik daripada sombong.


Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) - Terjemahan

English Türkçe Indonesia
Русский Français فارسی
تفسير Bengali Urdu

وإذ قال موسى لفتاه لا أبرح حتى أبلغ مجمع البحرين أو أمضي حقبا

سورة: الكهف - آية: ( 60 )  - جزء: ( 15 )  -  صفحة: ( 300 )

transliterasi Indonesia

wa iż qāla mụsā lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majma'al-baḥraini au amḍiya ḥuqubā



⚠️Disclaimer: there's no literal translation to Allah's holy words, but we translate the meaning.
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".

Ayats from Quran in Bahasa Indonesia

  1. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.
  2. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu
  3. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
  4. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
  5. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami".
  6. (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah),
  7. karena telah datang seorang buta kepadanya.
  8. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.
  9. Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya.
  10. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus).

Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :

Al-Baqarah Al-'Imran An-Nisa'
Al-Ma'idah Yusuf Ibrahim
Al-Hijr Al-Kahf Maryam
Al-Hajj Al-Qasas Al-'Ankabut
As-Sajdah Ya Sin Ad-Dukhan
Al-Fath Al-Hujurat Qaf
An-Najm Ar-Rahman Al-Waqi'ah
Al-Hashr Al-Mulk Al-Haqqah
Al-Inshiqaq Al-A'la Al-Ghashiyah

Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:

surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
surah   in the voice of Ahmed El Agamy
Ahmed El Agamy
surah   in the voice of Bandar Balila
Bandar Balila
surah   in the voice of Khalid Al Jalil
Khalid Al Jalil
surah   in the voice of Saad Al Ghamdi
Saad Al Ghamdi
surah   in the voice of Saud Al Shuraim
Saud Al Shuraim
surah   in the voice of  Al Shatri
Al Shatri
surah   in the voice of Abdul Basit Abdul Samad
Abdul Basit
surah   in the voice of Abdul Rashid Sufi
Abdul Rashid Sufi
surah   in the voice of Fares Abbad
Fares Abbad
surah   in the voice of Maher Al Muaiqly
Maher Al Muaiqly
surah   in the voice of Muhammad Siddiq Al Minshawi
Al Minshawi
surah   in the voice of Al Hosary
Al Hosary
surah   in the voice of Al-afasi
Mishari Al-afasi
surah   in the voice of Nasser Al Qatami
Nasser Al Qatami
surah   in the voice of Yasser Al Dosari
Yasser Al Dosari



Thursday, May 9, 2024

لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب