Tafsir Surat Ar-Rad ayat 21 , Wa Al-Ladhina Yasiluna Ma Amara Allahu Bihi An

  1. Jalalain
  2. Mokhtasar
  3. Quraish
  4. Al-tahlili
Bahasa Indonesia , Terjemahan - Tafsir surat Ar-Rad ayat 21 | Wa Al-Ladhina Yasiluna Ma Amara Allahu Bihi An - Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English, Indonesian - Tafsir Muntakhab .
  
   

﴿وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ﴾
[ الرعد: 21]

dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. [Raad: 21]

Wa Al-Ladhina Yasiluna Ma Amara Allahu Bihi An Yusala Wa Yakhshawna Rabbahum Wa Yakhafuna Sua Al-Hisabi

Tafsir Al-mokhtasar


Mereka adalah orang-orang yang menyambung segala apa yang Allah perintahkan agar disambung, yaitu hubungan rahim kekerabatan, mereka takut kepada Rabb mereka sehingga mendorong mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mereka takut Allah akan menghisab dosa yang telah mereka perbuat.
Barangsiapa yang hisabnya dipersulit, maka dia celaka.


Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab

Orang-orang yang beriman itu memiliki sifat cinta dan patuh.
Mereka saling mencintai sesama manusia, terutama orang-orang yang memiliki hubungan kerabat dengan mereka.
Mereka juga mendukung penguasa-penguasa mereka dalam memerintahkan kebenaran.
Mereka mengetahui hak Allah, oleh karenanya mereka takut kepada-Nya, dan takut kepada hari perhitungan yang akan berakibat baik bagi mereka di hari kiamat.
Oleh karena itu, mereka selalu tidak berbuat dosa sedapat mungkin

Tafsir al-Jalalain


( Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan ) yaitu iman, silaturahmi dan lain sebagainya ( dan mereka takut kepada Rabb mereka ) ancaman-Nya ( dan takut kepada hisab yang buruk ) penafsiran kalimat ini telah dijelaskan sebelumnya.

Tafseer Muntakhab - Indonesian

Orang-orang yang beriman itu memiliki sifat cinta dan patuh.
Mereka saling mencintai sesama manusia, terutama orang-orang yang memiliki hubungan kerabat dengan mereka.
Mereka juga mendukung penguasa-penguasa mereka dalam memerintahkan kebenaran.
Mereka mengetahui hak Allah, oleh karenanya mereka takut kepada-Nya, dan takut kepada hari perhitungan yang akan berakibat baik bagi mereka di hari kiamat.
Oleh karena itu, mereka selalu tidak berbuat dosa sedapat mungkin.

Tafsir Al-wajiz


dan orang-orang yang senantiasa menghubungkan apa yang diperintahkan oleh Allah agar dihubungkan, seperti kekerabatan, dan mereka takut kepada Tuhannya dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan takut kepada hisab yang buruk dan berat pada hari Kemudian,

Tafsir Al-tahlili


Allah swt menyifati ulul albab dari kalangan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah suatu kebenaran yang berlaku, sebagai berikut:
a.
Sifat pertama: bahwa orang-orang tersebut senantiasa memenuhi janji Allah, dan tidak mau mengingkari perjanjian itu.
Yang dimaksud dengan “ janji Allah ” di sini ialah janji-janji yang telah mereka ikrarkan atas diri mereka, baik mengenai hubungan mereka dengan Allah, maupun hubungan mereka dengan orang lain.
Fitrah mereka yang suci, dan hati mereka yang murni mengakui adanya perjanjian itu dan wahyu Allah pun mengharuskan adanya perjanjian tersebut.
Mereka tidak mau mengingkari atau pun memungkiri perjanjian yang telah mereka kukuhkan, karena mereka sangat menjauhi sifat-sifat kemunafikan.
Betapa pentingnya sifat memenuhi janji ini, oleh Qatadah telah disebutkan bahwa dalam Al-Qur’an, Allah swt telah menyebutnya sebanyak lebih dua puluh kali.
b.
Sifat kedua: mereka memelihara semua perintah Allah dan tidak melanggarnya, baik hak-hak Allah maupun hak-hak hamba-Nya, termasuk memelihara silaturrahim.
Hubungan antara sesama manusia ialah menjalin hubungan tolong-menolong, menjalin cinta dan kasih-sayang, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ اَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
( رواه الشيخان )
Dari Abi Hurairah r.a.
bahwasanya ia berkata, “ Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa senang dilapangkan rezekinya dan selalu disebut-sebut kebaikannya, maka hendaklah pelihara hubungan silaturrahim. ” ( Riwayat al-Bukhārī dan Muslim ).
Dan hadis Nabi saw:
عَن ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْبِرَّ وَالصِّلَ ةَ لَيُخَفِّفَانِ سُوْءَ الْحِسَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ اْلايَةَ.
( رواه الخطيب وابن عساكر )
Dari Ibnu ‘Abbās ia berkata, “ Bersabda Rasulullah saw, “Sesungguh-nya kebajikan dan menghubungkan silaturrahim itu, kedua-duanya benar-benar meringankan hisab yang buruk di hari kiamat. ” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat ini.” ( Riwayat al-Khatīb dan Ibnu ‘Asākir )
c.
Sifat ketiga: mereka benar-benar takut kepada Allah swt.
Sifat takut kepada Allah adalah perasaan takut yang dilandasi dengan rasa hormat yang mendorong orang untuk taat kepada-Nya.
Sifat ini dimiliki oleh para ulama, dan ciri dari orang-orang “ muqarrabin ”.
Dalam hubungan ini Allah swt telah berfirman:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
( Fāṭir/35: 28 )
d.
Sifat keempat: mereka senantiasa takut kepada hisab yang sifatnya merugikan mereka pada hari kiamat, yaitu hasil yang buruk dari amalan mereka di hari kiamat, karena banyaknya kejahatan yang dilakukannya selagi hidup di dunia ini.
Oleh sebab itu, mereka senantiasa mawas diri, sebelum dihisab amalannya di akhirat kelak.
Mereka selalu membandingkan antara amal-amal mereka yang baik dengan yang buruk, selalu berusaha agar amal yang baik lebih banyak dari perbuatan yang buruk, agar neraca kebajikan mereka di akhirat kelak lebih berat daripada neraca keburukan.
Dalam hal ini, Allah telah berfirman:
فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ ٦ فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ ٧ وَاَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ ٨ فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ ۗ ٩ ( القارعة )
Maka adapun orang yang berat timbangan ( kebaikan )-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan ( senang ).
Dan adapun orang yang ringan timbangan ( kebaikan )-nya maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah.
( al-Qāri‘ah/101: 6 - 9 )
e.
Sifat kelima: mereka senantiasa sabar dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan, demi mengharapkan rida Allah.
Sabar dalam hal ini berarti menahan diri terhadap segala hal yang tidak disenanginya, baik dengan cara melakukan ketaatan dan menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan agama maupun dengan jalan menjauhi hal-hal yang dilarang agama.
Bisa juga berarti bersikap rela menerima segala ketentuan Allah yang telah berlaku berupa musibah dan lain sebagainya.
Kesabaran yang diminta dari setiap orang yang berakal dan beriman ialah kesabaran yang dilakukan semata-mata karena mengharapkan keridaan Allah dan ganjaran-Nya, bukan kesabaran yang dibuat-buat karena ingin dipuji dan disebut-sebut.
Itulah kesabaran yang sejati, yang menjadi sifat bagi orang-orang yang berakal dan beriman.
f.
Sifat keenam: mereka senantiasa mendirikan salat.
Arti “ mendirikan salat ” ialah menunaikan dengan cara yang sebaik-baiknya, dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya, disertai rasa khusyuk dan tawaduk menghadapkan wajah dan hati kepada Allah semata, tidak dibarengi dengan ria, serta memelihara waktu yang telah ditetapkan untuknya.
Hal ini hanya dapat dilakukan bila pada saat-saat melakukan salat, kita merasa sedang berdiri sendiri di hadapan Allah swt, Pencipta dan Penguasa semesta alam.
Dengan demikian, maka tak ada sesuatu pun yang dipikirkan pada saat itu, kecuali semata-mata bermunajah kepada Allah.
g.
Sifat ketujuh: mereka senantiasa menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, baik infak wajib seperti terhadap istri, anak, dan karib kerabat maupun infak sunah seperti terhadap fakir miskin.
Kenyataan dapat memberikan pengertian kepada kita tentang rahasia yang tersimpan di dalamnya.
Al-Qur’an berulang kali menganjurkan kepada orang-orang mukmin untuk menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah diperolehnya kepada yang memerlukan pertolongan, dan untuk menyokong kepentingan umum.
Jika mereka mau melakukannya, niscaya kemiskinan dan kemelaratan dapat dilenyapkan dari kehidupan masyarakat.
h.
Sifat kedelapan: mereka senantiasa menolak kejahatan dengan kebajikan, karena kebajikan itu dapat menolak kejahatan.
Kenyataan menunjukkan bahwa apabila seseorang dapat bergaul dengan orang lain dengan akrab dan kasih sayang serta menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, ia tidak akan dimusuhi atau dibenci oleh masyarakatnya.
Apabila ia mendapat musibah, maka orang yang pernah mendapat pertolongannya akan segera pula mengulurkan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya orang yang suka menyakiti orang lain, atau enggan memberikan bantuan dan pertolongan adalah orang yang egois dan tidak menggunakan akalnya.
Sikap dan perbuatannya itu hanyalah mempersempit ruang lingkup kehidupannya sendiri, serta menimbulkan kebencian dan kedengkian orang lain terhadap dirinya.
Berbuat kebaikan untuk menghindari kejahatan, atau sedapat mungkin membalas perbuatan jahat orang lain dengan berbuat kebajikan atau dengan diam adalah tanda orang yang mau menggunakan akalnya dan bijaksana.
Firman Allah:
وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
“ ...
dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka ( dengan kata-kata yang menghina ), mereka mengucapkan, “salām. ”
( al-Furqān/25: 63 )
Dari sini dapat dipahami, betapa tingginya nilai ajaran agama Islam dalam membina hubungan baik antara sesama manusia guna menciptakan kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.
Pada akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut pasti akan memperoleh tempat kediaman terakhir yang baik, yaitu surga Jannatun Naim di akhirat kelak di samping kebahagiaan, ketenangan, dan kesejahteraan di dunia ini.


dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka - Terjemahan

English Türkçe Indonesia
Русский Français فارسی
تفسير Bengali Urdu

والذين يصلون ما أمر الله به أن يوصل ويخشون ربهم ويخافون سوء الحساب

سورة: الرعد - آية: ( 21 )  - جزء: ( 13 )  -  صفحة: ( 252 )

transliterasi Indonesia

wallażīna yaṣilụna mā amarallāhu bihī ay yụṣala wa yakhsyauna rabbahum wa yakhāfụna sū`al-ḥisāb



⚠️Disclaimer: there's no literal translation to Allah's holy words, but we translate the meaning.
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".

Ayats from Quran in Bahasa Indonesia

  1. mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
  2. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
  3. Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu
  4. Dan Al Quran itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk,
  5. Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu
  6. Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja).
  7. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya
  8. Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan,
  9. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
  10. Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan)

Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :

Al-Baqarah Al-'Imran An-Nisa'
Al-Ma'idah Yusuf Ibrahim
Al-Hijr Al-Kahf Maryam
Al-Hajj Al-Qasas Al-'Ankabut
As-Sajdah Ya Sin Ad-Dukhan
Al-Fath Al-Hujurat Qaf
An-Najm Ar-Rahman Al-Waqi'ah
Al-Hashr Al-Mulk Al-Haqqah
Al-Inshiqaq Al-A'la Al-Ghashiyah

Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:

surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
surah   in the voice of Ahmed El Agamy
Ahmed El Agamy
surah   in the voice of Bandar Balila
Bandar Balila
surah   in the voice of Khalid Al Jalil
Khalid Al Jalil
surah   in the voice of Saad Al Ghamdi
Saad Al Ghamdi
surah   in the voice of Saud Al Shuraim
Saud Al Shuraim
surah   in the voice of  Al Shatri
Al Shatri
surah   in the voice of Abdul Basit Abdul Samad
Abdul Basit
surah   in the voice of Abdul Rashid Sufi
Abdul Rashid Sufi
surah   in the voice of Fares Abbad
Fares Abbad
surah   in the voice of Maher Al Muaiqly
Maher Al Muaiqly
surah   in the voice of Muhammad Siddiq Al Minshawi
Al Minshawi
surah   in the voice of Al Hosary
Al Hosary
surah   in the voice of Al-afasi
Mishari Al-afasi
surah   in the voice of Nasser Al Qatami
Nasser Al Qatami
surah   in the voice of Yasser Al Dosari
Yasser Al Dosari



Sunday, November 3, 2024

لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب