Tafsir Surat Abasa ayat 1 , Abasa Wa Tawalla
Tafsir Al-mokhtasar
Rasulullah -ṣallallāhu ’alaihi wa sallam- mengerutkan wajahnya dan beliau berpaling.
Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab
ABASA ( IA BERMUKA MASAM ) Pendahuluan: Makkiyyah, 42 ayat ~ Surat ’Abasa dimulai dengan sebuah kritikan terhadap Nabi Muhammad saw.
saat dirinya berpaling dari seorang sahabat tunanetra, bernama Ibn Umm Maktûm, yang sangat berharap mendapatkan ilmu dan petunjuk dari Nabi.
Saat itu, Rasulullah sedang sibuk menerima tamu dari kalangan pembesar Quraisy dengan harapan mereka akan memberikan respon yang baik atas ajakan dan dakwah beliau.
Diharapkan, melalui para pemuka kaum itu, akan semakin bertambah kalangan yang akan memeluk agama Islam.
Ayat-ayat berikutnya mengingatkan manusia akan nikmat-nikmat Tuhan yang diberikan kepada mereka semenjak lahir hingga ajal tiba.
Sedang bagian akhir surat ’Abasa ini membicarakan tentang peristiwa hari kiamat.
Ditegaskan dalam beberapa ayat bahwa manusia, kelak, hanya terpilah menjadi dua golongan saja.
Pertama, orang-orang beriman yang bersukacita dan, kedua, orang-orang kafir pembuat kejahatan.]] Roman muka Nabi Muhammad telah berubah dan menampakkan kebencian seraya memalingkan diri
Tafsir al-Jalalain
( Dia telah bermuka masam ) yakni Nabi Muhammad telah bermuka masam ( dan berpaling ) yaitu memalingkan mukanya karena,
Tafseer Muntakhab - Indonesian
[ [80 ~ 'ABASA ( IA BERMUKA MASAM ) Pendahuluan: Makkiyyah, 42 ayat ~ Surat 'Abasa dimulai dengan sebuah kritikan terhadap Nabi Muhammad saw.
saat dirinya berpaling dari seorang sahabat tunanetra, bernama Ibn Umm Maktûm, yang sangat berharap mendapatkan ilmu dan petunjuk dari Nabi.
Saat itu, Rasulullah sedang sibuk menerima tamu dari kalangan pembesar Quraisy dengan harapan mereka akan memberikan respon yang baik atas ajakan dan dakwah beliau.
Diharapkan, melalui para pemuka kaum itu, akan semakin bertambah kalangan yang akan memeluk agama Islam.
Ayat-ayat berikutnya mengingatkan manusia akan nikmat-nikmat Tuhan yang diberikan kepada mereka semenjak lahir hingga ajal tiba.
Sedang bagian akhir surat 'Abasa ini membicarakan tentang peristiwa hari kiamat.
Ditegaskan dalam beberapa ayat bahwa manusia, kelak, hanya terpilah menjadi dua golongan saja.
Pertama, orang-orang beriman yang bersukacita dan, kedua, orang-orang kafir pembuat kejahatan. ]] Roman muka Nabi Muhammad telah berubah dan menampakkan kebencian seraya memalingkan diri,
Tafsir Al-wajiz
Jika bagian akhir Surah an-Nziat menjelaskan tugas Nabi sebagai pemberi peringatan tentang hari kiamat, maka pada permulaan Surah Abasa Allah menyebutkan siapa yang akan mendapatkan manfaat dari peringatan tersebut.
Disebutkan bahwa seorang pria buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, anak paman Khadijah, menghadap Nabi untuk meminta petunjuk.
Ketika itu Nabi tengah berdakwah kepada para pemuka Quraisy.
Nabi kurang berkenan dengan kedatangannya.
Muka Nabi menjadi masam.
Atas perilaku tersebut Allah menegurnya dengan halus.
Teguran ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukanlah perkataan Nabi melainkan kalamullah.
Dengan teguran itu Allah menghendaki agar Nabi Muhammad melakukan hal yang lebih utama, yaitu memperhatikan orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan berpegang teguh dengan Islam.
Dia, Nabi Muhammad, berwajah masam karena kedatangan Ibnu Ummi Maktum, dan berpaling darinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan pemuka Quraisy.
Tafsir Al-tahlili
Pada permulaan Surah ‘Abasa ini, Allah menegur Nabi Muhammad yang bermuka masam dan berpaling dari ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm yang buta, ketika sahabat ini menyela pembicaraan Nabi dengan beberapa tokoh Quraisy.
Saat itu ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm bertanya dan meminta Nabi saw untuk membacakan dan mengajarkan beberapa wahyu yang telah diterima Nabi.
Permintaan itu diulanginya beberapa kali karena ia tidak tahu Nabi sedang sibuk menghadapi beberapa pembesar Quraisy.
Sebetulnya Nabi saw sesuai dengan skala prioritas sedang menghadapi tokoh-tokoh penting yang diharapkan dapat masuk Islam karena hal ini akan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan dakwah selanjutnya.
Maka adalah manusiawi jika Nabi saw tidak memperhatikan pertanyaan ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm, apalagi telah ada porsi waktu yang telah disediakan untuk pembicaraan Nabi dengan para sahabat.
Tetapi Nabi Muhammad sebagai manusia terbaik dan contoh teladan utama bagi setiap orang mukmin ( uswah ḥasanah ), maka Nabi tidak boleh membeda-bedakan derajat manusia.
Dalam menetapkan skala prioritas juga harus lebih memberi perhatian kepada orang kecil apalagi memiliki kelemahan seperti ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm yang buta dan tidak dapat melihat.
Maka seharusnya Nabi lebih mendahulukan pembicaraan dengan ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm daripada dengan para tokoh Quraisy.
Dalam peristiwa ini Nabi saw tidak mengatakan sepatah katapun kepada ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm yang menyebabkan hatinya terluka, tetapi Allah melihat raut muka Nabi Muhammad saw yang masam itu dan tidak mengindahakan Ummi Maktūm yang menyebabkan dia tersinggung.
Hikmah adanya teguran Allah kepada Nabi Muhammad juga memberi bukti bahwa Al-Qur’an bukanlah karangan Nabi, tetapi betul-betul firman Allah.
Teguran yang sangat keras ini tidak mungkin dikarang sendiri oleh Nabi.
‘Abdullāh bin Ummi Maktūm adalah seorang yang bersih dan cerdas.
Apabila mendengarkan hikmah, ia dapat memeliharanya dan membersihkan diri dari kebusukan kemusyrikan.
Adapun para pembesar Quraisy itu sebagian besar adalah orang-orang yang kaya dan angkuh sehingga tidak sepatutnya Nabi terlalu serius menghadapi mereka untuk diislamkan.
Tugas Nabi hanya sekadar menyampaikan risalah dan persoalan hidayah semata-mata berada di bawah kekuasaan Allah.
Kekuatan manusia itu harus dipandang dari segi kecerdasan pikiran dan keteguhan hatinya serta kesediaan untuk menerima dan melaksanakan kebenaran.
Adapun harta, kedudukan, dan pengaruh kepemimpinan bersifat tidak tetap, suatu ketika ada dan pada saat yang lain hilang sehingga tidak bisa diandalkan.
Nabi sendiri setelah ayat ini turun selalu menghormati ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm dan sering memuliakannya melalui sabda beliau, “ Selamat datang kepada orang yang menyebabkan aku ditegur oleh Allah.
Apakah engkau mempunyai keperluan? ”
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, - Terjemahan
English | Türkçe | Indonesia |
Русский | Français | فارسی |
تفسير | Bengali | Urdu |
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".
Ayats from Quran in Bahasa Indonesia
- Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
- Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari
- mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,
- Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
- Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang
- ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".
- Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar
- Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari
- tertawa dan bergembira ria,
- Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari
Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :
Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:
surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
Ahmed El Agamy
Bandar Balila
Khalid Al Jalil
Saad Al Ghamdi
Saud Al Shuraim
Al Shatri
Abdul Basit
Abdul Rashid Sufi
Fares Abbad
Maher Al Muaiqly
Al Minshawi
Al Hosary
Mishari Al-afasi
Nasser Al Qatami
Yasser Al Dosari
Wednesday, December 18, 2024
لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب