Tafsir Surat Al-Jaathiyah ayat 23 , Afaraayta Mani Attakhadha Ilahahu Hawahu Wa Ađallahu Allahu

  1. Jalalain
  2. Mokhtasar
  3. Quraish
  4. Al-tahlili
Bahasa Indonesia , Terjemahan - Tafsir surat Al-Jaathiyah ayat 23 | Afaraayta Mani Attakhadha Ilahahu Hawahu Wa Ađallahu Allahu - Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English, Indonesian - Tafsir Muntakhab .
  
   

﴿أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ﴾
[ الجاثية: 23]

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Jathiyah: 23]

Afaraayta Mani Attakhadha Ilahahu Hawahu Wa Ađallahu Allahu Ala Ilmin Wa Khatama Ala Samihi Wa Qalbihi Wa Jaala Ala Basarihi Ghishawatan Faman Yahdihi Min Badi Allahi Afala Tadhakkaruna

Tafsir Al-mokhtasar


Lihatlah -wahai Rasul- kepada orang yang mengikuti hawa nafsunya dan menjadikannya seperti sesembahan baginya yang ditaatinya.
Allah telah menyesatkannya berdasarkan ilmu dari-Nya karena ia pantas untuk disesatkan, dan Allah mengunci hatinya sehingga ia tidak bisa mendengar sesuatu yang bermanfaat baginya, dan Allah menjadikan penutup pada mata hatinya yang menghalanginya dari melihat kebenaran.
Maka siapakah orang yang mendapat kebenaran setelah disesatkan oleh Allah? Apakah mereka tidak memikirkan bahayanya mengikuti hawa nafsu dan manfaat dari mengikuti syariat Allah?


Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab

Tidakkah kamu memperhatikan, wahai Rasulullah, orang yang menyembah hawa nafsunya, tunduk dan patuh kepadanya, dan ia sesat dari jalan kebenaran, padahal ia mengatahui jalan kebenaran itu, dan Allah telah menutup pendengarannya, sehingga tidak dapat menerima nasihat, dan menutup hatinya, sehingga tidak mau meyakini kebenaran, serta menutup penglihatannya, sehingga tidak dapat melihat suatu peringatan? Siapakah yang dapat memberinya petunjuk setelah Allah berpaling darinya? Apakah kalian tidak memperhatikan sehingga tidak dapat mengambil pelajaran

Tafsir al-Jalalain


( Apakah kamu pernah melihat ) maksudnya ceritakanlah kepadaku ( orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya ) maksudnya, yang disukai oleh hawa nafsunya, yaitu batu demi batu ia ganti dengan yang lebih baik sebagai sesembahannya ( dan Allah membiarkan-Nya sesat berdasarkan ilmu-Nya ) berdasarkan pengetahuan Allah swt.
Dengan kata lain Dia telah mengetahui, bahwa orang itu termasuk orang yang disesatkan sebelum ia diciptakan ( dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya ) maka, karena itu ia tidak dapat mendengar petunjuk dan tidak mau memikirkannya ( dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ) mengambil kegelapan hingga ia tidak dapat melihat petunjuk.
Pada ayat ini diperkirakan adanya Maf’ul kedua bagi lafal Ra-ayta, yaitu lafal ayat tadi, yang artinya; apakah ia mendapat petunjuk? ( Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah ) membiarkannya sesat? Maksudnya, tentu saja ia tidak dapat petunjuk.
( Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran? ) atau mengapa kalian tidak mau mengambilnya sebagai pelajaran buat kalian.
Lafal Tadzakkaruuna asalnya salah satu dari huruf Ta-nya diidgamkan kepada huruf Dzal.

Tafseer Muntakhab - Indonesian

Tidakkah kamu memperhatikan, wahai Rasulullah, orang yang menyembah hawa nafsunya, tunduk dan patuh kepadanya, dan ia sesat dari jalan kebenaran, padahal ia mengatahui jalan kebenaran itu, dan Allah telah menutup pendengarannya, sehingga tidak dapat menerima nasihat, dan menutup hatinya, sehingga tidak mau meyakini kebenaran, serta menutup penglihatannya, sehingga tidak dapat melihat suatu peringatan? Siapakah yang dapat memberinya petunjuk setelah Allah berpaling darinya? Apakah kalian tidak memperhatikan sehingga tidak dapat mengambil pelajaran?

Tafsir Al-wajiz


Maka pernahkah kamu, wahai Nabi Muhammad, melihat dan menyaksikan orang yang menyimpang dari fitrahnya dengan menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dengan mengikuti dan menurutinya dan Allah membiarkannya sesat dan larut dalam kesesatannya itu dengan sepengetahuan-Nya, yakni ilmu Allah Yang Mahaluas, dan Allah telah mengunci pendengaran sehingga mereka tidak dapat mendengar kebenaran dan mengunci hatinya sehingga dia enggan meyakini kebenaran serta meletakkan tutup atas penglihatannya sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti ke-Esaan Allah di muka bumi ini? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah berpaling dan membiarkannya sesat? Mengapa kamu, wahai kaum musyrik atau siapa pun juga, tidak meng-ambil pelajaran dari apa yang terjadi pada orang-orang yang sesat itu?

Tafsir Al-tahlili


Muqātil mengatakan bahwa ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa percakapan Abū Jahal dengan al-Walīd bin al-Mugīrah.
Pada suatu malam Abū Jahal tawaf di Baitullah bersama Walīd.
Kedua orang itu membicarakan keadaan Nabi Muhammad.
Abū Jahal berkata, “ Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa Muhammad itu adalah orang yang benar.
Al-Walīd berkata kepadanya, “ Biarkan saja, apa pedulimu dan apa alasan pendapatmu itu? ” Abu Jahal menjawab, “ Hai Abu Abdisy Syams, kita telah menamainya orang yang benar, jujur, dan terpercaya dimasa mudanya, tetapi sesudah ia dewasa dan sempurna akalnya, kita menamakannya pendusta lagi pengkhianat.
Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa dia itu adalah benar. ”
Al-Walīd berkata, “ Apakah gerangan yang menghalangimu untuk membenarkan dan mempercayai seruannya? ” Abu Jahal menjawab, “ Nanti gadis-gadis Quraisy akan menggunjingkan bahwa aku pengikut anak yatim Abu Ṭālib, padahal aku dari suku yang paling tinggi.
Demi Al-Lāta dan Al-‘Uzza, saya tidak akan menjadi pengikutnya selama-lamanya. ”
Kemudian turunlah ayat ini.
Selanjutnya, pada ayat ini Allah menerangkan keadaan orang-orang kafir Mekah yang sedang tenggelam dalam perbuatan jahat.
Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya karena telah tergoda oleh tipu daya setan.
Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbuatan mereka.
Apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat.
Seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya.
Mereka telah lupa bahwa kehadiran mereka di dunia yang fana ini ada maksud dan tujuannya.
Ada misi yang harus mereka bawa yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Mereka telah menyia-nyiakan kedudukan yang diberikan Allah kepada mereka sebagai makhluk Tuhan yang paling baik bentuknya dan mempunyai kemampuan yang paling baik pula.
Mereka tidak menyadari bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada Allah kelak dan bahwa Allah akan membalas setiap perbuatan dengan balasan yang setimpal.
Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ٧ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ٨
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat ( balasan )nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat ( balasan )nya.
( az-Zalzalah/99: 7-8 )
Sebenarnya hawa nafsu yang ada pada diri manusia itu merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya yang diberikan Allah kepada manusia.
Di samping Allah memberikan akal dan agama kepada manusia agar dengan keduanya manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Jika seseorang mengendalikan hawa nafsunya sesuai dengan pertimbangan akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan tuntunan agama, maka orang yang demikian itu telah berbuat sesuai dengan fitrahnya.
Tetapi apabila seseorang memperturutkan hawa nafsunya tanpa pertimbangan akal yang sehat dan tidak lagi berpedoman kepada tuntutan agama, maka orang itu telah diperbudak oleh hawa nafsunya.
Hal itu berarti bahwa ia telah berbuat menyimpang dari fitrahnya dan terjerumus dalam kesesatan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam mengikuti hawa nafsunya, manusia terbagi atas dua kelompok.
Kelompok pertama ialah kelompok yang dapat mengendalikan hawa nafsunya; mereka itulah orang yang bertakwa.
Sedangkan kelompok kedua ialah orang yang dikuasai hawa nafsunya.
Mereka itulah orang-orang yang berdosa dan selalu bergelimang dalam lumpur kejahatan.
Ibnu ‘Abbas berkata, “ Setiap kali Allah menyebut hawa nafsu dalam Al-Qur’an, setiap kali itu pula Dia mencelanya. ” Allah berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ ١٧٦
Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan ( derajat )nya dengan ( ayat-ayat ) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya ( yang rendah ), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya ( juga ).
Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.
Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.
( al-A‘rāf/7: 176 )
Pada ayat lain :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
( Ṣād/38: 26 )
Dalam ayat ini, Allah memuji orang-orang yang dapat menguasai hawa nafsunya dan menjanjikan baginya tempat kembali yang penuh kenikmatan.
Allah berfirman:
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ ٤٠ فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ ٤١
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari ( keinginan ) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal( nya ).
( an-Nāzi‘āt/79: 40-41 )
Banyak hadis-hadis Nabi saw yang mencela orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin ‘Aṣ bahwa Nabi saw bersabda:
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِماَ جِئْتُ بِهِ.
( رواه الخطيب البغدادي )
Tidak beriman seseorang dari antara kamu sehingga hawa nafsunya itu tunduk kepada apa yang saya bawa ( petunjuk ).
( Riwayat al-Khaṭīb al-Bagdādī )
Syaddad bin Aus meriwayatkan hadis dari Nabi saw :
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، الْعَاجِزُ مَنْ اَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ.
( رواه الترمذي وابن ماجه )
Orang yang cerdik ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat untuk kepentingan masa sesudah mati.
Tetapi orang yang zalim ialah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharap-harap sesuatu yang mustahil dari Allah.
( Riwayat at-Tirmiżī dan Ibn Mājah )
Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya biasanya kehilangan kontrol dirinya.
Itulah sebabnya ia terjerumus dalam kesesatan karena ia tidak mau memperhatikan petunjuk yang diberikan kepadanya, dan akibat perbuatan jahat yang telah dilakukannya karena memperturutkan hawa nafsu.
Keadaan orang yang memperturutkan hawa nafsunya itu diibaratkan seperti orang yang terkunci mati hatinya sehingga tidak mampu lagi menilai mana yang baik mana yang buruk, dan seperti orang yang telinganya tersumbat sehingga tidak mampu lagi memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi, dan seperti orang yang matanya tertutup tidak dapat melihat dan mengetahui kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta segala sesuatu.
Selanjutnya, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar tidak membenarkan sikap orang-orang kafir Mekah dengan mengatakan bahwa tidak ada kekuasaan yang akan memberikan petunjuk selain Allah setelah mereka tersesat dari jalan yang lurus.
Pada akhir ayat ini, Allah mengingatkan mereka mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari alam semesta, kejadian pada diri mereka sendiri, dan azab yang menimpa umat-umat terdahulu sebagai bukti bahwa Allah Mahakuasa lagi berhak disembah.


Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan - Terjemahan

English Türkçe Indonesia
Русский Français فارسی
تفسير Bengali Urdu

أفرأيت من اتخذ إلهه هواه وأضله الله على علم وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعد الله أفلا تذكرون

سورة: الجاثية - آية: ( 23 )  - جزء: ( 25 )  -  صفحة: ( 501 )

transliterasi Indonesia

a fa ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāhu wa aḍallahullāhu 'alā 'ilmiw wa khatama 'alā sam'ihī wa qalbihī wa ja'ala 'alā baṣarihī gisyāwah, fa may yahdīhi mim ba'dillāh, a fa lā tażakkarụn



⚠️Disclaimer: there's no literal translation to Allah's holy words, but we translate the meaning.
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".

Ayats from Quran in Bahasa Indonesia

  1. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah
  2. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah
  3. Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga
  4. Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama
  5. Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
  6. seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut,
  7. Alif laam miim
  8. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kemnbali
  9. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya
  10. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu

Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :

Al-Baqarah Al-'Imran An-Nisa'
Al-Ma'idah Yusuf Ibrahim
Al-Hijr Al-Kahf Maryam
Al-Hajj Al-Qasas Al-'Ankabut
As-Sajdah Ya Sin Ad-Dukhan
Al-Fath Al-Hujurat Qaf
An-Najm Ar-Rahman Al-Waqi'ah
Al-Hashr Al-Mulk Al-Haqqah
Al-Inshiqaq Al-A'la Al-Ghashiyah

Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:

surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
surah   in the voice of Ahmed El Agamy
Ahmed El Agamy
surah   in the voice of Bandar Balila
Bandar Balila
surah   in the voice of Khalid Al Jalil
Khalid Al Jalil
surah   in the voice of Saad Al Ghamdi
Saad Al Ghamdi
surah   in the voice of Saud Al Shuraim
Saud Al Shuraim
surah   in the voice of  Al Shatri
Al Shatri
surah   in the voice of Abdul Basit Abdul Samad
Abdul Basit
surah   in the voice of Abdul Rashid Sufi
Abdul Rashid Sufi
surah   in the voice of Fares Abbad
Fares Abbad
surah   in the voice of Maher Al Muaiqly
Maher Al Muaiqly
surah   in the voice of Muhammad Siddiq Al Minshawi
Al Minshawi
surah   in the voice of Al Hosary
Al Hosary
surah   in the voice of Al-afasi
Mishari Al-afasi
surah   in the voice of Nasser Al Qatami
Nasser Al Qatami
surah   in the voice of Yasser Al Dosari
Yasser Al Dosari



Friday, May 17, 2024

لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب