Tafsir Surat Al-Muminun ayat 80 , Wa Huwa Al-Ladhi Yuhyi Wa Yumitu Wa Lahu

  1. Jalalain
  2. Mokhtasar
  3. Quraish
  4. Al-tahlili
Bahasa Indonesia , Terjemahan - Tafsir surat Al-Muminun ayat 80 | Wa Huwa Al-Ladhi Yuhyi Wa Yumitu Wa Lahu - Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English, Indonesian - Tafsir Muntakhab .
  
   

﴿وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ﴾
[ المؤمنون: 80]

Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya? [Muminun: 80]

Wa Huwa Al-Ladhi Yuhyi Wa Yumitu Wa Lahu Akhtilafu Al-Layli Wa An-Nahari Afala Taqiluna

Tafsir Al-mokhtasar


Dan Dia sendiri lah yang menghidupkan, tidak ada yang kuasa menghidupkan selain-Nya, Dia sendiri lah yang mematikan, tidak ada yang kuasa mematikan selain-Nya, dan Dia sendiri pula yang mengatur kadar siang dan malam baik berupa cahaya terang atau gelapnya, maupun berupa panjang pendeknya.
Maka apakah kalian tidak memikirkan kekuasaan dan keesaan-Nya dalam menciptakan dan mengatur alam semesta?!


Terjemahan - Muhammad Quraish Shihab

Dia pula yang menghidupkan dan mematikan sesuatu.
Atas perintah dan ketentuan hukum-Nya, siang dan malam datang silih berganti dengan jarak jurasi yang berbeda-beda.
Tidakkah kalian memikirkan bukti kemahakuasaan-Nya dan memahami kewajiban beriman kepada-Nya dan kepada hari kebangkitan?( 1 ).
( 1 ) Dalam al-Qur’ân banyak ditemukan ayat-ayat yang berbicara mengenai gejala siang dan malam.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah Swt.
mengingatkan umat manusia akan begitu dalamnya arti yang dikandung dalam siang dan malam sebagai gejala alam, dan mendorong para cendekiawan untuk berpikir dan mengadakan penelitian.
Perbedaan siang dan malam ini menimbulkan dua hal: perbedaan waktu panjang pendeknya ( jurasi ), dan perbedaan dalam beberapa gejala alam yang dapat dilihat.
Pertama, perbedaan jurasi.
Siang adalah suatu masa yang dimulai dengan menyingsingnya fajar sampai terbenamnya matahari di ufuk barat, hingga seolah menyentuh permukaan bumi, seperti yang kita saksikan sehari-hari, padahal sebenarnya pinggir atas matahari tidak berada di ufuk.
Itu terjadi karena sinar yang terpancar itu melengkung pada saat refraksi ketika sinar sedang berjalan pada lapisan-lapisan udara sampai tiba kepada penglihatan kita.
Dengan demikian, ia tampak seolah-olah berada di ufuk.
Tepian itu sebenarnya bearada di bawah ufuk sekitar 35 menit lengkung.
Sedangkan malam, adalah suatu masa yang merupakan kelanjutan siang.
Jumlah masa siang dan malam sama dengan satu masa rotasi bumi pada porosnya dari barat sampai ke timur.
Antara siang dan malam terdapat dua masa, yaitu masa remang barat dan masa remang timur.
Panjang jurasi siang berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan tergantung pada musim.
Begitu juga bahwa jurasi malam, waktu-waktu salat dan puasa ditentukan berdasarkan posisi bola matahari terhadap ufuk.
Kedua, perbedaan dalam beberapa gejala alam.
Gejala-gejala itu bermacam-macam bentuknya yang muncul akibat interaksi antara sinar matahari--dengan kandungan sinar positif, visibel dan takvisibel--dengan partikel-partikel yang mengalirkan listrik, atmosfer, permukaan laut dan sahara, dan seterusnya.
Selain itu, gejala itu dapat pula berbentuk gerhana matahari, gerhana bulan, bintang, bintang berekor, planet dan meteor yang pada siang hari tidak tampak karena tertutup oleh sinar matahari yang sangat terang.
Letak perbedaan paling menonjol antara siang dan malam adalah adanya cahaya pada siang hari yang disebabkan oleh pancaran sinar langsung matahari yang jatuh pada atmosfer yang terdiri atas molekul-molekul dan mengandung atom-atom debu.
Sinar itu kemudian terefleksi dan terpancar ke seluruh penjuru.
Pada saat udara cerah, atom-atom debu sangat kecil dan posisi bola matahari sangat tinggi di atas ufuk, yang akan terpancar dan tampak oleh mata adalah warna biru.
Langit pun akan tampak biru.
Tetapi, pada saat matahari terbit atau terbenam, ufuk akan tampak berwarna oranye dan perlahan-lahan menjadi merah.
Cahaya biru yang terpancar hanya tampak sedikit sekali.
Oleh karena itu, langit pun berwarna biru kegelapan.
Pada saat matahari terbenam di ufuk [ barat ], kita dapat menyaksikan warna hijau di lapisan atasnya selama satu detik atau kurang.
Gejala ini disebut "kilauan hijau" yang mudah dilihat di atas permukaan laut, di balik puncak gunung atau di balik dinding rumah.
Gejala ini timbul akibat inklinasi cahaya matahari yang menyebabkan larutnya visi matahari menjadi beberapa warna, termasuk warna hijau ini.
Singkatnya, sinar matahari mengandung beberapa warna, visibel dan takvisibel, yang masing-masing berbeda panjang gelombangnya.
Gelombang-gelombang itu sendiri memiliki beberapa ciri seperti refraksi, refleksi, separasi, interpenetrasi, polarisasi dan inklinasi.
Apabila tanda-tanda itu berinteraksi dengan atmosfer pada kondisi tertentu, kita akan melihat, sebagai akibatnya, gejala siang, fatamorgana, pelangi, korona matahari dan gejala-gejala lainnya.
Pada saat matahari tenggelam di balik ufuk, langit akan tampak beraneka warna, sesuai dengan tingkat separasi sinar matahari di dalam lapisan atas udara.
Dan ketika bola matahari semakin menurun, lembayung di ufuk barat akan menghilang secara perlahan.
Warnanya pun akan sirna.
Lalu apabila turunnya bola matahari itu mencapai kelengkungan 18,5 derajat, langit akan berwarna gelap.
Para ahli falak ( mîqâtiyyûn: penentu waktu ) menamakan gejala timbulnya beraneka warna pada saat itu sebagai masa petang, sebagai tanda masuknya waktu salat Isya.
Pada saat petang itu muncul sinar cornetist ( kornetis ) yang berbentuk kerucut dengan alasnya yang berada di ufuk barat.
Pada musim dingin, sinar kornetis itu akan bertambah panjang, hingga puncak kerucut itu dapat mencapai azimut.
Pada tengah malam, sinar itu muncul pada waktu syuruk mula-mula seperti kepala puncak kerucut yang semakin lama semakin tinggi.
Alas kerucut itu pun semakin melebar.
Setelah itu, ketika matahari berada pada posisi 18,5 derajat di bawah ufuk timur, mulai masuk waktu salat Subuh.
Pada saat itu mulai muncul lembayung timur secara perlahan-lahan dan berlawanan dengan munculnya lembayung barat.
Apa yang diistilahkan dengan fajar sidik tidak lain merupakan sinar kornetis yang mencapai tingkat tertingginya ketika matahari berada pada posisi 18,5 derajat lebih di bawah ufuk timur.
Belakangan ini ditemukan bahwa matahari mempunyai lapisan luar yang sangat tipis dan melebar sangat jauh sampai hampir menyentuh atmosfer.
Lapisan itulah yang menghasilkan beraneka warna sinar kornetis.
Gejala-gejala yang disebutkan sebagai contoh tadi akan tampak jelas pada saat langit tidak berawan dan tidak berangin yang mengandung debu.
Apabila langit berawan, yang akan muncul adalah warna gelap.
Dan apabila awan itu mengandung rintik hujan--yang dihasilkan dari perkawinan proton dan neotron--ia akan berinteraksi dengan sinar matahari.
Pada gilirannya akan muncul gejala pelangi dengan aneka warnanya yang indah.
Apabila awan itu merupakan selaput yang mengandung biji-biji kecil berbentuk kristal segi enam yang terbuat dari air beku, biji-biji kristal itu akan berinteraksi dengan sinar matahari sehingga menimbulkan refraksi sinar dari permukaan menuju ke dalam untuk kemudian terefleksi di lapisan dalam, kemudian teretraksi kembali ke luar.
Pada kondisi-kondisi tertentu, kita akan dapat menyaksikan korona yang berbentuk lingkaran besar dan berwarna di sekitar matahari.
Di tengah kegelapan malam, akan muncul bintang-bintang berkelap-kelip di kubah langit yang tampak seolah-olah berjarak tidak jauh dari kita.
Pada kenyataannya, bintang-bintang itu berada pada kejauhan bertahun-tahun sinar dari kita.
Saat itu, di kubah langit akan terlihat pula planet-planet, meteor dan bintang berekor, yang juga tampak seolah-olah dekat.
Bahkan kita hampir tidak merasakan perbedaan jaraknya.
Fenomena ini mengingatkan kita akan makna firman Allah Swt.
yang berarti "Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terjaga, sedangkan mereka berpaling dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di dalamnya" ( Q., s.
al-Anbiyâ’: 32 )
.
Dan, seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa selain sinar yang muncul dari matahari terdapat juga sinar yang muncul dari partikel-partikel yang terpancar dari kawasan matahari sangat aktif dan membawa aliran listrik dan sinar tajam ultraviolet.
Partikel-partikel itu kemudian berinteraksi dengan lapisan atas udara dengan terpengaruh oleh magnet di sekitar bumi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sinar utara dan selatan hingga tampak berwarna gelap di utara bagaikan tabir warna hijau kemerah-merahan yang sangat indah.
Gejala ini dapat berlangsung beberapa jam di langit utara dan dapat disaksikan pada beberapa malam di saat matahari berada pada titik kulminasi aktifitasnya.
Tabir hijau kemerah-merahan itu tidak saja dapat disaksikan di belahan utara langit, tetapi juga di bagian tengah di atas daerah katulistiwa.
Pada awan dan udara terdapat aliran listrik yang menghasilkan kilat dan sinar pada beberapa awan yang tinggi.
Beraneka fenomena dan gejala alam itu membuat kita menangkap makna firman Allah Swt.
yang artinya berbunyi "Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan perbedaan siang dan malam benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum cerdik cendekiawan." Dari situ tampak jelas bahwa perbedaan- perbedaan yang terdapat pada berbagai gejala alam adalah sesuatu yang timbul akibat faktor yang tidak mungkin dicampurtangani oleh manusia.
Hanya Allahlah yang menguasai perberbedaan siang dan malam.
Manusia tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk mengendalikannya.
Allah, dengan ukuran yang tepat dan ketentuan yang pasti, mempergilirkan siang dan malam yang panjang dan pendeknya pun bervariasi sepanjang tahun

Tafsir al-Jalalain


( Dan Dialah yang menghidupkan ) dengan meniupkan roh ke dalam Mudhghah atau janin ( dan mematikan, dan Dialah yang mengatur pertukaran malam dan siang ) malam gelap, dan siang menjadi terang, serta menambah panjang dan mengurangi waktu salah satu di antara keduanya.
( Maka apakah kalian tidak memahaminya? ) maksudnya memahami ciptaan Allah swt., kemudian kalian mengambil pelajaran daripadanya.

Tafseer Muntakhab - Indonesian

Dia pula yang menghidupkan dan mematikan sesuatu.
Atas perintah dan ketentuan hukum-Nya, siang dan malam datang silih berganti dengan jarak jurasi yang berbeda-beda.
Tidakkah kalian memikirkan bukti kemahakuasaan-Nya dan memahami kewajiban beriman kepada-Nya dan kepada hari kebangkitan?( 1 ).
( 1 ) Dalam al-Qur'ân banyak ditemukan ayat-ayat yang berbicara mengenai gejala siang dan malam.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah Swt.
mengingatkan umat manusia akan begitu dalamnya arti yang dikandung dalam siang dan malam sebagai gejala alam, dan mendorong para cendekiawan untuk berpikir dan mengadakan penelitian.
Perbedaan siang dan malam ini menimbulkan dua hal: perbedaan waktu panjang pendeknya ( jurasi ), dan perbedaan dalam beberapa gejala alam yang dapat dilihat.
Pertama, perbedaan jurasi.
Siang adalah suatu masa yang dimulai dengan menyingsingnya fajar sampai terbenamnya matahari di ufuk barat, hingga seolah menyentuh permukaan bumi, seperti yang kita saksikan sehari-hari, padahal sebenarnya pinggir atas matahari tidak berada di ufuk.
Itu terjadi karena sinar yang terpancar itu melengkung pada saat refraksi ketika sinar sedang berjalan pada lapisan-lapisan udara sampai tiba kepada penglihatan kita.
Dengan demikian, ia tampak seolah-olah berada di ufuk.
Tepian itu sebenarnya bearada di bawah ufuk sekitar 35 menit lengkung.
Sedangkan malam, adalah suatu masa yang merupakan kelanjutan siang.
Jumlah masa siang dan malam sama dengan satu masa rotasi bumi pada porosnya dari barat sampai ke timur.
Antara siang dan malam terdapat dua masa, yaitu masa remang barat dan masa remang timur.
Panjang jurasi siang berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan tergantung pada musim.
Begitu juga bahwa jurasi malam, waktu-waktu salat dan puasa ditentukan berdasarkan posisi bola matahari terhadap ufuk.
Kedua, perbedaan dalam beberapa gejala alam.
Gejala-gejala itu bermacam-macam bentuknya yang muncul akibat interaksi antara sinar matahari--dengan kandungan sinar positif, visibel dan takvisibel--dengan partikel-partikel yang mengalirkan listrik, atmosfer, permukaan laut dan sahara, dan seterusnya.
Selain itu, gejala itu dapat pula berbentuk gerhana matahari, gerhana bulan, bintang, bintang berekor, planet dan meteor yang pada siang hari tidak tampak karena tertutup oleh sinar matahari yang sangat terang.
Letak perbedaan paling menonjol antara siang dan malam adalah adanya cahaya pada siang hari yang disebabkan oleh pancaran sinar langsung matahari yang jatuh pada atmosfer yang terdiri atas molekul-molekul dan mengandung atom-atom debu.
Sinar itu kemudian terefleksi dan terpancar ke seluruh penjuru.
Pada saat udara cerah, atom-atom debu sangat kecil dan posisi bola matahari sangat tinggi di atas ufuk, yang akan terpancar dan tampak oleh mata adalah warna biru.
Langit pun akan tampak biru.
Tetapi, pada saat matahari terbit atau terbenam, ufuk akan tampak berwarna oranye dan perlahan-lahan menjadi merah.
Cahaya biru yang terpancar hanya tampak sedikit sekali.
Oleh karena itu, langit pun berwarna biru kegelapan.
Pada saat matahari terbenam di ufuk [ barat ], kita dapat menyaksikan warna hijau di lapisan atasnya selama satu detik atau kurang.
Gejala ini disebut "kilauan hijau" yang mudah dilihat di atas permukaan laut, di balik puncak gunung atau di balik dinding rumah.
Gejala ini timbul akibat inklinasi cahaya matahari yang menyebabkan larutnya visi matahari menjadi beberapa warna, termasuk warna hijau ini.
Singkatnya, sinar matahari mengandung beberapa warna, visibel dan takvisibel, yang masing-masing berbeda panjang gelombangnya.
Gelombang-gelombang itu sendiri memiliki beberapa ciri seperti refraksi, refleksi, separasi, interpenetrasi, polarisasi dan inklinasi.
Apabila tanda-tanda itu berinteraksi dengan atmosfer pada kondisi tertentu, kita akan melihat, sebagai akibatnya, gejala siang, fatamorgana, pelangi, korona matahari dan gejala-gejala lainnya.
Pada saat matahari tenggelam di balik ufuk, langit akan tampak beraneka warna, sesuai dengan tingkat separasi sinar matahari di dalam lapisan atas udara.
Dan ketika bola matahari semakin menurun, lembayung di ufuk barat akan menghilang secara perlahan.
Warnanya pun akan sirna.
Lalu apabila turunnya bola matahari itu mencapai kelengkungan 18,5 derajat, langit akan berwarna gelap.
Para ahli falak ( mîqâtiyyûn: penentu waktu ) menamakan gejala timbulnya beraneka warna pada saat itu sebagai masa petang, sebagai tanda masuknya waktu salat Isya.
Pada saat petang itu muncul sinar cornetist ( kornetis ) yang berbentuk kerucut dengan alasnya yang berada di ufuk barat.
Pada musim dingin, sinar kornetis itu akan bertambah panjang, hingga puncak kerucut itu dapat mencapai azimut.
Pada tengah malam, sinar itu muncul pada waktu syuruk mula-mula seperti kepala puncak kerucut yang semakin lama semakin tinggi.
Alas kerucut itu pun semakin melebar.
Setelah itu, ketika matahari berada pada posisi 18,5 derajat di bawah ufuk timur, mulai masuk waktu salat Subuh.
Pada saat itu mulai muncul lembayung timur secara perlahan-lahan dan berlawanan dengan munculnya lembayung barat.
Apa yang diistilahkan dengan fajar sidik tidak lain merupakan sinar kornetis yang mencapai tingkat tertingginya ketika matahari berada pada posisi 18,5 derajat lebih di bawah ufuk timur.
Belakangan ini ditemukan bahwa matahari mempunyai lapisan luar yang sangat tipis dan melebar sangat jauh sampai hampir menyentuh atmosfer.
Lapisan itulah yang menghasilkan beraneka warna sinar kornetis.
Gejala-gejala yang disebutkan sebagai contoh tadi akan tampak jelas pada saat langit tidak berawan dan tidak berangin yang mengandung debu.
Apabila langit berawan, yang akan muncul adalah warna gelap.
Dan apabila awan itu mengandung rintik hujan--yang dihasilkan dari perkawinan proton dan neotron--ia akan berinteraksi dengan sinar matahari.
Pada gilirannya akan muncul gejala pelangi dengan aneka warnanya yang indah.
Apabila awan itu merupakan selaput yang mengandung biji-biji kecil berbentuk kristal segi enam yang terbuat dari air beku, biji-biji kristal itu akan berinteraksi dengan sinar matahari sehingga menimbulkan refraksi sinar dari permukaan menuju ke dalam untuk kemudian terefleksi di lapisan dalam, kemudian teretraksi kembali ke luar.
Pada kondisi-kondisi tertentu, kita akan dapat menyaksikan korona yang berbentuk lingkaran besar dan berwarna di sekitar matahari.
Di tengah kegelapan malam, akan muncul bintang-bintang berkelap-kelip di kubah langit yang tampak seolah-olah berjarak tidak jauh dari kita.
Pada kenyataannya, bintang-bintang itu berada pada kejauhan bertahun-tahun sinar dari kita.
Saat itu, di kubah langit akan terlihat pula planet-planet, meteor dan bintang berekor, yang juga tampak seolah-olah dekat.
Bahkan kita hampir tidak merasakan perbedaan jaraknya.
Fenomena ini mengingatkan kita akan makna firman Allah Swt.
yang berarti "Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terjaga, sedangkan mereka berpaling dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di dalamnya" ( Q., s.
al-Anbiyâ': 32 )
.
Dan, seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa selain sinar yang muncul dari matahari terdapat juga sinar yang muncul dari partikel-partikel yang terpancar dari kawasan matahari sangat aktif dan membawa aliran listrik dan sinar tajam ultraviolet.
Partikel-partikel itu kemudian berinteraksi dengan lapisan atas udara dengan terpengaruh oleh magnet di sekitar bumi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sinar utara dan selatan hingga tampak berwarna gelap di utara bagaikan tabir warna hijau kemerah-merahan yang sangat indah.
Gejala ini dapat berlangsung beberapa jam di langit utara dan dapat disaksikan pada beberapa malam di saat matahari berada pada titik kulminasi aktifitasnya.
Tabir hijau kemerah-merahan itu tidak saja dapat disaksikan di belahan utara langit, tetapi juga di bagian tengah di atas daerah katulistiwa.
Pada awan dan udara terdapat aliran listrik yang menghasilkan kilat dan sinar pada beberapa awan yang tinggi.
Beraneka fenomena dan gejala alam itu membuat kita menangkap makna firman Allah Swt.
yang artinya berbunyi "Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan perbedaan siang dan malam benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum cerdik cendekiawan." Dari situ tampak jelas bahwa perbedaan- perbedaan yang terdapat pada berbagai gejala alam adalah sesuatu yang timbul akibat faktor yang tidak mungkin dicampurtangani oleh manusia.
Hanya Allahlah yang menguasai perberbedaan siang dan malam.
Manusia tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk mengendalikannya.
Allah, dengan ukuran yang tepat dan ketentuan yang pasti, mempergilirkan siang dan malam yang panjang dan pendeknya pun bervariasi sepanjang tahun.

Tafsir Al-wajiz


Tidak hanya kuasa untuk menciptakan dan mengembangbiakkan makhluk hidup, Allah kuasa pula untuk menghidupkan dan mematikan mereka.
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan makhluk hidup, termasuk manusia, dan Dialah juga yang mengatur pergantian malam dan siang serta perbedaan keduanya.
Tidakkah kamu mengerti dan memahami ciptaan Allah serta memikirkan kekuasaan-Nya?

Tafsir Al-tahlili


Di antara karunia Allah ialah menghidupkan dan mematikan, manusia tidak akan dapat menikmati kehidupan dunia kalau Allah tidak mengaruniakan roh kepadanya.
Dengan adanya roh di dalam jasadnya barulah manusia dapat berusaha, berikhtiar dan berpikir untuk mencapai apa yang diinginkan dan dicita-citakannya.
Tidak ada yang mengetahui rahasia hidup mati ini kecuali Allah.
Telah berabad-abad bahkan beribu tahun manusia berusaha untuk mengetahui rahasia roh ini agar dia dapat hidup selamanya, tetapi sampai sekarang tidak ada seorang ilmuwan pun yang sanggup mengungkap rahasia itu.
Karena soal roh itu adalah rahasia yang gaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah sebagai tersebut dalam firman-Nya:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٥
Dan mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang roh.
Katakanlah, ”Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” ( al-Isrā’/17: 85 )
Selanjutnya Dialah yang menjadikan pergantian antara malam dan siang.
Malam dijadikan waktu untuk istirahat dan siang dijadikan waktu untuk berusaha dan bekerja.
Dapat dibayangkan bagaimana jadinya dunia ini kalau yang ada hanya siang saja, demikian pula sebaliknya.
Mungkin dunia ini dan segala makhluk yang ada di atasnya akan mati terbakar karena selalu ditimpa terik matahari yang amat panas atau mungkin dunia ini akan mati dengan segala isinya kalau yang ada hanya malam saja sepanjang waktu, karena tidak ada matahari yang menjadi sumber energi dan menjadi sebab hidupnya makhluk di dunia ini.
Allah menegur sikap dan tindakan manusia yang tidak mau mengingat betapa besar karunia-Nya kepada mereka.
Mengapa mereka tidak memikirkan dan memperhatikannya, agar mereka bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya itu?


Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam - Terjemahan

English Türkçe Indonesia
Русский Français فارسی
تفسير Bengali Urdu

وهو الذي يحيي ويميت وله اختلاف الليل والنهار أفلا تعقلون

سورة: المؤمنون - آية: ( 80 )  - جزء: ( 18 )  -  صفحة: ( 347 )

transliterasi Indonesia

wa huwallażī yuḥyī wa yumītu wa lahukhtilāful-laili wan-nahār, a fa lā ta'qilụn



⚠️Disclaimer: there's no literal translation to Allah's holy words, but we translate the meaning.
We try our best to translate, keeping in mind the Italian saying: "Traduttore, traditore", which means: "Translation is a betrayal of the original text".

Ayats from Quran in Bahasa Indonesia

  1. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
  2. Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah
  3. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
  4. dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.
  5. Demikianlah, Kami mamasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) kedalam hati orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir),
  6. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.
  7. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka
  8. Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak
  9. Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): "Sembahlah Allah
  10. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih

Surah Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia :

Al-Baqarah Al-'Imran An-Nisa'
Al-Ma'idah Yusuf Ibrahim
Al-Hijr Al-Kahf Maryam
Al-Hajj Al-Qasas Al-'Ankabut
As-Sajdah Ya Sin Ad-Dukhan
Al-Fath Al-Hujurat Qaf
An-Najm Ar-Rahman Al-Waqi'ah
Al-Hashr Al-Mulk Al-Haqqah
Al-Inshiqaq Al-A'la Al-Ghashiyah

Unduh surat dengan suarh qari paling terkenal:

surah mp3 : choose the reciter to listen and download the chapter Complete with high quality
surah   in the voice of Ahmed El Agamy
Ahmed El Agamy
surah   in the voice of Bandar Balila
Bandar Balila
surah   in the voice of Khalid Al Jalil
Khalid Al Jalil
surah   in the voice of Saad Al Ghamdi
Saad Al Ghamdi
surah   in the voice of Saud Al Shuraim
Saud Al Shuraim
surah   in the voice of  Al Shatri
Al Shatri
surah   in the voice of Abdul Basit Abdul Samad
Abdul Basit
surah   in the voice of Abdul Rashid Sufi
Abdul Rashid Sufi
surah   in the voice of Fares Abbad
Fares Abbad
surah   in the voice of Maher Al Muaiqly
Maher Al Muaiqly
surah   in the voice of Muhammad Siddiq Al Minshawi
Al Minshawi
surah   in the voice of Al Hosary
Al Hosary
surah   in the voice of Al-afasi
Mishari Al-afasi
surah   in the voice of Nasser Al Qatami
Nasser Al Qatami
surah   in the voice of Yasser Al Dosari
Yasser Al Dosari



Wednesday, May 15, 2024

لا تنسنا من دعوة صالحة بظهر الغيب